Review Konsultasi dengan dr. Huthia Andriyana, Sp.OG di RSU Bunda Margonda
#1 Review Dokter Specialis Dr Lucia Nauli Simbolon di RS Permata Cibubur, Check It Out Bu!
Haloha Ibu-Ibu,
Kali ini aku mau #review DSA lagi hehe. Aku ngerti banget sih Buibu untuk menentukan DSA yang cocok buat anak itu emang gampang-gampang susah kalau belum tau sendiri, tapi semoga informasi yang aku sampaikan sedikitnya bisa membantu Buibu dalam membuat sebuah pertimbangan. Hehe.
Seperti yang udah pernah aku share sebelumnya, kalau anak-anak aku itu dua2nya emang lahir di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, yang pertama memang karena dulu tinggal dekat sana & yang kedua karena udah tahu pas anak pertama gimana, jadi ya aku putusin lagi lahiran disana.
Cuma karena aku sekarang udah pindah rumah, aku mikir juga kalau dari Depok ke Kelapa Gading lumayan jauh juga nih, sehingga mau gak mau aku harus punya alternatif DSA lebih dekat.
Ada beberapa DSA yang pernah aku datengin untuk berobat / juga vaksin ya Buibu, nah di artikel kali ini aku mau fokus review Dr Lucia Nauli Simbolon yang praktek di RS Permata Cibubur.
Tau Dr Luci (panggilang akrabnya) itu dari salah satu teman Suami yang juga dulu lahiran di RS Permata Cibubur dan DSA anaknya Dr Luci. Pemaparan awal sih dari yang aku tau, Dr Lusi ini emang komunikatif Dokternya dan gak bikin panik.
Singkat cerita, pas Adek terdiagnosa batuk yang disebabkan oleh Alergi & belum sembuh-sembuh, kita coba untuk konsultasi ke Dr Luci. First time konsultasi emang Dokternya ramah banget, ngejelasin detail dan mudah dimengerti.
Dan poin yang bikin aku kayak 'wake up' nih dengan dunia peralergian susu ini, dokternya bilang, kan usia Adek udah lebih dari 6 bulan, jadi seharusnya aku jangan musingin soal susu formula, tapi fokus aja buat ngasih makannya. Karena kan usia 6 bulan sudah bisa MPASI which is kita kejar di makanan.
Nah, gak tau ya ini mungkin emang adek cocok, setelah diperiksa sama Dr Luci batuknya berkurang & lama-lama sembuh. Dari sana aku mulai sreg sama Dr Luci nih Buibu. Suamiku juga pas keluar ruangan langsung feedback, "Bisa jadi pilihan" katanya.
Kalau mau tanya-tanya diluar jam praktek Dr Luci bilangnya DM aja soalnya kalau Whatsapp suka lupa ngebales katanya, so far sih selama aku tanya lewat DM dokter balesnya cepet juga gak sampai lewat dari 12 jam aku itung.
Karena adek udah ngerasa cocok, terus pas vaksin abang juga kita mutusin buat ke Dr Luci dan seperti biasa emang ngejelasinnya detail, terus ditanya udah bisa apa aja, dan juga proposed abang buat segera sekolah bermain biar mulai belajar sosialisasi.
Nah, kalau mau reservasi Dr Luci bisa langsung kontak admin RS nya ya di nomor +62 811-808-806 nanti bisa sekalian tanya jadwal juga. Cuma, sekarang tuh Permata Cibubur udah bisa reservasi lewat aplikasi, tinggal download aja. Menurut aku lebih mudah banget sih, kalau pake pribadi gak perlu daftar antri lagi tapi bisa pake mesin yang ada di lobby.
Abis itu bisa langsung ke Nurse Station buat timbang anak & tunggu antrian. So far, kalau di Permata Cibubur meskipun udah dapat antrian pas pendaftaran awal, untuk antrian masuk ke ruang dokter berdasarkan kedatangan. Jadi, saran aku mending datang pas awal jadi bisa dapat antrian lebih cepat.
Buat jadwal dokter bisa Buibu lihat di aplikasi yaa, kalau gak salah beliau praktek senin - sabtu. Kalau senin - jumat itu biasa start di jam 15/16 tapi kalau sabtu dari jam 10 kalau gak salah ya. Biar gak salah langsung cek diaplikasi ya.
Nah, sekian dulu review DSA kali ini. Semoga informasi ini bisa bermanfaat yaa :)
After Office : Suara dari Toilet
[CERPEN] : Seorang Anggota Dewan yang Pingsan Ketika Upacara Bendera
Pria paruh baya dengan kumis yang melintir dua senti dekat kehidung itu sedang gusar. Sejak tadi ia hanya bolak-balik tidak karuan sambil menempatkan tangannya dikepala. Sesekali dia menengadahkan kepalanya ke atas lalu kembali bolak-balik sambil kembali berpikir. Lalu, dia duduk disebuah kursi kayu tanpa sandaran.
Kursi itu terbuat dari pohon jati kualitas nomor satu. Tidak ada yang berani duduk dikursi itu selain dia. Orang yang boleh duduk dikursi tersebut hanyalah para anggota dewan. Siapa saja yang berani duduk dikursi tersebut ia akan langsung dipenjara karena berarti dia tidak menghargai para wakil rakyat.
Seorang perempuan yang berparas cantik meski sudah berumur datang mendekat kepadanya. Konde yang rapih dan lipstik warna merah menyala serta dibalut kebaya jawa membuat perempuan tersebut sangat anggun meski sudah berumur. Dia menepuk pundak pria tersebut yang ternyata adalah suaminya. Sebagai seorang istri yang baik tentunya ia harus menemani sang suami dalam berbagai kondisi, termasuk dalam kondisi tidak jelas sekalipun seperti saat ini.
Wangsa melihat sang suami yang benar-benar kebingungan. Wajah suaminya mulai pucat pasi. Jangankah tersenyum, Maja hampir lupa cara bernafas. Lalu, sesekali dia menarik nafas panjang dengan maksud menenangkan hatinya. Namun, detak jantungnya yang tidak karuan membuat nafasnya jadi tersengal-sengal.
"Kampret emang si Tarum, dia tumbalkan aku kalau begini caranya," kata Maja mengumpat.
"Hus, mulut itu dijaga sampean udah jadi wakil rakyat," kata Wangsa.
"Wakil rakyat opo nduk? Semalaman aku tidak bisa tidur hanya memikirkan apa yang aku katakan diupacara nanti,"
"Sabar, kamu sendiri yang menerima pinangan partai politiknya,"
"Manusia-manusia goblok, aku yang wong edan kayak gini bisa juga kepilih jadi anggota dewan,"
"Mungkin orang-orang sudah pusing dan bingung mau milih siapa. Berhubung wajahmu lumayan tampan jadilah mereka memilihmu.
Mereka bahkan tidak peduli pada program-programmu nanti,"
"Jadi mereke milih aku gara-gara aku tampan yah?"
"Entahlah, kalau aku sih iya," kata Wangsa mencoba menggoda Maja.
"Ah adinda istriku tersayang, kamu ini pandai bikin aku deg-degan,"
"Masa udah 20 tahun nikah aku puji masih deg-degan sih mas?"
"Mau kubuatkan teh?" lanjut Wangsa.
"Tidak usah, aku tidak nafsu makan dan minum hari ini," kata Maja.
Maja menyuruh istrinya duduk. Dia menatap istrinya sangat lama. Lalu, dia memegang kedua tangan istrinya dan meletakannya dipahanya.
"Bagaimana kalau aku mundur saja?" tanya Maja.
"Tidak bisa. Kamu akan terlihat seperti pengecut dimata orang-orang," jawab Wangsa.
"Sudah banyak orang pengecut dinegeri ini mas, masa kamu mau ikut-ikutan juga," lanjut Wangsa.
"Gimana yah jadi orang-orang yang engga punya kemampuan apa-apa terus nyalonin jadi wakil rakyat?"
"Lah, sampean tanya diri sendiri lah. Sampean engga punya ilmu apapun, bangun aja kesiangan, ngomong aja belepotan, eh kepedean nyalonin jadi anggota dewan,"
"Aku kan pengusaha, uangku banyak,"
"Dipikir mimpin orang-orang pake modal uang saja? Sampean disuruh pidato aja gelagapan,"
Dengan perasaan yang campur aduk Maja melangkahkan kakinya menuju lapangan. Dia sengaja memperlambat langkahnya agar tidak cepat sampai. Namun, usahanya sia-sia karena lapangan upacara tidak jauh dari pendopo tempat ia tinggal.
"Selamat pagi, Maja. Kamu yang pimpin upacara pagi ini yah," kata seorang pria yang jauh lebih tua dibandingkan Maja.
Maja hanya menganggukan kepala. Dia sangat kebingungan akan berpidato apa nanti ketika dibagian amanat Pembina upacara. Maja berharap waktu bisa berhenti dan ia akan cari contoh pidato diinternet terlebih dahulu agar bisa dipuji banyak orang karena dia adalah orator ulung meski bahasanya adalah jiplakan hasil pencarian diinternet. Persetan dengan kata orang pidato tersebut hasil jiplakan yang penting Maja ada bahan untuk bicara di depan.
Udara cukup panas. Banyak peserta upacara yang pingsan. Maja semakin panik jangan-jangan rakyatnya malu punya wakil rakyat seperti dia. Jangankan bicara soal kebijakan internasional, bicara soal kenapa beras bisa impor saja Maja tidak tahu, jangankan bicara kesejahteraan rakyat, browsing diinternet saja Maja masih gaptek. Tangan Maja mulai gemetar dan matanya mulai kunang-kunang.
"Brukkkkkk!"
Maja terjatuh dari mimbar Pembina upacara. Semua orang yang menghadiri upacara pertama yang dipimpin oleh Maja pun panik. Tim medis pun segera menangani Maja. Sang istri yang berada di pendopo langsung menuju ke istana untuk melihat keadaan suaminya. Ketika melihat sang suami yang ditidurkan dengan celana pendek Wangsa malu melihatnya. Dia baru ingat tadi pagi suaminya menggunakan celana yang kekecilan. Sudah 10 menit sejak direbahkan dikursi istana, Maja tidak sadarkan diri. Wangsa pun panik karena takut terjadi apa-apa pada suaminya. Dia mencoba membangunkan Maja namun usahanya sia-sia.
***
"Aku tidak mau dibawa ke rumah sakit," teriak Maja.
Maja mengigau. Sang istri yang tidur disampingnya terbangun. Maja tertidur dengan menggunakan kaos singlet dan juga celana boxer 100 ribu tiga yang istrinya beli di pasar malam. Sementara itu, istrinya menggunakan daster sehaga 35 ribu yang dibeli ditempat yang sama dimana istrinya membelikan celana untuk Maja.
"Sampean mimpi apa?" tanya Wangsa.
"Aku mimpi jadi anggota dewan, Nduk. Tapi, pas upacara pertama aku malah pingsan di lapangan," kata Maja.
"Mbok ya kalau mimpi sadar diri juga sih mas. Mimpi kok ketinggian, tidak ngukur diri kamu itu namanya," kata Wangsa sambil tertawa lalu kembali menutup matanya.
"Tapi," kata Maja.
"Apa?" tanya Wangsa.
"Aku lupa mempersiapkan teks pidatoku,"
"Lah anggota dewan kan ada staffnya mas, tidak usah repot-repot cari naskah pidato,"
Maja hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya. Bagaimana pun dia harus mengakui bahwa sang istri sedikit lebih pintar darinya.
"Tidur mas, besok kamu harus cari rongsokan yang banyak bekal Singo sekolah," kata Wangsa.
Maja hanya bisa menelan ludah. Dia kembali teringat tugasnya sebagai seorang Ayah yang harus bekerja untuk membiayai anaknya sekolah bukan sebagai seorang anggota dewan yang harus menyiapkan teks pidato diupacara bendera.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Cerpen | Seorang Anggota Dewan yang Pingsan Ketika Upacara Bendera", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/via1203/5b039aecdd0fa8591f1375f4/seorang-anggota-dewan-yang-pingsan-ketika-upacara-bendera?page=4&page_images=1
Kreator: Via Mardiana
Pengalaman Mistis Saat Pendakian Gunung Gede, Yakin Mau Baca?
Dear Ibu Mertua, Sama dengan Dirimu yang Ingin Anaknya Diperlakukan dengan Baik, Begitu Pula Ibuku.
Tulisan ini didedikasikan untuk semua anak Perempuan yang sekarang sedang menjalani jabatan multiperan salah satunya menjadi "menantu" dari seorang "mertua".
...
Hai Ibu, apakabar? Ini aku, menantumu. Anak Perempuan asing yang tiba-tiba masuk dalam keluarga besarmu dan mau tidak mau engkau harus menerimaku. Sebab, anak laki-lakimu telah memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya.
Pagi ini cukup mendung, ketika aku hendak pergi ke kantor menggunakan ojeg karena anak laki-lakimu kesiangan sehingga tak sempat mengantarkan aku. Gak apa-apa Bu, aku gak berani membangunkannya khawatir dia marah. Kalau dia marah aku takut ada kata-kata menyakitkan sehingga aku membawa luka ke tempat kerja.
Bu, aku adalah Perempuan yang dinikahi oleh anak laki-lakimu. Yang dengan gagah perkasa menemui Bapakku dan meminta restu untuk menikahiku, Bapakku? Ya, Bapak merestui anakmu untuk menikahiku. Tentu dengan harapan agar anaknya berada ditangan yang tepat untuk melanjutkan usahanya dalam membahagiakanku.
Tenang Bu, aku tidak punya niatan sama sekali untuk mengambil perhatian anakmu darimu, tapi bukankah kita juga tahu bahwa setelah menikah, seorang laki-laki harus bertanggung jawab terhadap kehidupan anak dan istrinya.
Maaf Bu, tapi memang seharusnya perhatian dia terhadapmu tidak berubah meski sekarang sudah menyandang status Suami dan juga Ayah dari anak-anaknya. Jika berubah maka jangan langsung menyalahkanku, tapi silahkan bicara baik-baik kepada anak laki-lakimu. Berarti itu salah anakmu, bukan aku. Memang sulit Bu untuk menerima kesalahan anak sendiri dan lebih mudah untuk menyalahkan anak orang lain. Tapi, semoga Tuhan selalu memberikan Ibu kebijaksanaan yang tiada terbatas.
Lagipula Bu aku tidak akan berkompetisi denganmu, karena itu bukan tugasku. Dari menikah dengan anakmu, tugasku adalah berbakti kepadanya, menjadi Istri terbaik, maka jika engkau menyayangi anak laki-lakimu bantulah dia agar menjadi Suami yang baik dengan tidak harus dihadapkan pada pilihan Ibunya atau Istrinya. Jika ingin membantunya, maka buatlah agar anak laki-lakimu layak untuk dihormati sebagai Kepala Rumah Tangga oleh anak dan Istrinya karena memang dia layak dihormati dengan jabatan tersebut.
Seringkali dia memilih diam karena kebingungan, dan karena tak tega akupun memilih mengalah karena tentu tidak tega melihat dia murung seharian karena kebingungan. Apa yang aku rasakan? Sedih Bu. Aku berjuang sendiri untuk pulih dari luka tanpa ada orang yang membela. Aku ingin bercerita pada Ibu dan Bapakku, tapi aku tak ingin wajah Suamiku buruk dimata orangtuaku. Maka kutelan semua luka, meski tiada yang sadar.
Sering kali aku bersandar pada tembok sambil menarik nafas dalam-dalam. Rasanya ingin bicara, mengeluarkan unek-unek yang menjadi penyakit dalam hati ini, tapi selalu aku batalkan. Belum bicara saja aku sudah menerima umpatan dari anak laki-lakimu. Jadi Bu, lihat dia itu membela engkau, seperti yang engkau inginkan. Tak perlu engkau cemburu padaku. Daripada membela aku, dia lebih memilih diam tidak bicara apa-apa.
Lalu, bagaimana dengan kecewa yang aku rasakan? Asal Ibu tahu, aku telan sendiri. Berupaya agar aku tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakiti. Dan lagi-lagi aku mengalah, diam, dan kucoba sibukkan diri dengan bermain bersama anak-anak.
Oya, aku diajari oleh Ibuku untuk diam ketika diajak berdebat, karena kata Ibuku tidak baik mendebat orangtua, maka kulakukan itu, meski hatiku gemetar menahan rasa kesal akibat perbedaan dan aku cenderung disalahkan. Tapi, sebenarnya aku menghindari perdebatan karena aku khawatir ada perkataan yang menyakiti.
Tapi Bu, jika suatu saat ada kalimat terlontar dari mulutku, semata-mata itu adalah wujud pembelaan yang aku lakukan. Sebab, sebagai manusia aku pun berhak untuk memperjuangkan diriku. Ketika tidak ada yang membela, maka aku sendiri yang harus membela diriku sendiri.
Sekali lagi, jika suatu saat ada kalimat yang terlontar dari mulutku, bukan berarti aku tidak menghargaimu dan ingin menyakitimu. Mana mungkin aku hendak melukai hati sesama Perempuan, apalagi Perempuan itu adalah yang bertaruh nyawa melahirkan Suamiku ke dunia ini. Ya bu, aku paham perjuangan seorang Perempuan untuk melahirkan anaknya.
Tapi, Bu begini saja, aku memaafkan setiap perilaku dan kata-kata darimu, dan engkau maafkan aku. Memang tidak sederhana, sebab rasa kesal ini melibatkan perasaan yang dalam. Aku adalah orang yang pandai menyimpan termasuk luka dan rasa kecewa. Butuh waktu yang lama bagiku untuk pulih, yaa sangat lama, tapi akan aku usahakan.
Dan jika sesekali aku berbicara karena perbedaan pendapat antara kita, maka belajarlah untuk menerima, jangan menutup diri dan malah menyalahkan. Mari sama-sama memperbaiki, saling mengintrospeksi dan jangan berlindung dalam kalimat, "Ya aku memang begini,".
Aku perlu ingatkan bahwa aku adalah anak perempuan yang dilahirkan dengan perjuangan bertaruh nyawa oleh Ibuku. Yang dirawat dan dikasih makan dengan makanan terbaik oleh nafkah dari Bapakku. Yang disekolahkan dengan harapan-harapan baik dari orangtuaku agar aku kelak menjadi manusia yang menjadi "berkah" bagi banyak orang, termasuk anakmu.
Jadi Bu, sama dengan dirimu yang ingin anaknya diperlakukan dengan baik, begitu pula Ibu Bapakku.
...
Banyak sekali teman yang bercerita tentang hubungan dia dengan mertua perempuannya. Memang banyak luka, memang banyak tangis, memang banyak kecewa. Tapi, semoga tulisan ini bisa sampai ke banyak orang agar kita saling mengintrospeksi diri dalam hubungan yang "sensitif" antara menantu perempuan dan mertua perempuan.
Surat untuk Adik Laki-Lakiku, dari Kakak Perempuanmu yang Banyak Kurangnya.
Adikku sudah besar!
Dik, saat aku menulis ini untukmu, mungkin kamu sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantormu. Katamu, kamu sudah besar dan dewasa sekarang, permasalahan tak hanya soal minta uang buat jajan.
Gimana Dik dunia orang dewasa? Apa yang berbeda dengan dunia masa kecilmu? Pasti beda ya ? Ya memang benar! Dunia orang dewasa banyak kejutan tapi gak ada sekolahnya. Kadang-kadang kita dipaksa belajar otodidak tanpa pertanyaan siap atau tidak.
Banyak yang berubah ya Dik?
Sawah depan rumah yang dulu sering dipakai bermain bola sekarang sudah mulai dibangun rumah-rumah warga. Selokan yang dulu tempat kita mencari ikan, sekarang dipenuhi sampah dan warnanya cokelat tidak karuan.
Tapi tidak dengan status kita, Dik. Kamu adalah adik laki-lakiku yang sampai kapanpun akan tetap menjadi adik laki-lakiku, dan aku adalah kakak perempuanmu yang sampai kapanpun akan jadi kakak perempuanmu.
Baik dan buruk, ikatan kita tidak akan terpisah sampai kapan pun. Sebab, dalam tubuh kita mengalir darah yang sama, yang sampai kapan pun tidak akan pernah menjadi berbeda.
Hari ini kamu telah tubuh dewasa menjadi seorang Pria. Yang dulu bisa aku suruh ini itu, sekarang sudah bisa memutuskan mana yang ingin kamu lakukan, mana yang tidak. Mana yang bermanfaat buat kamu, dan mana yang tidak. Bahkan terkadang untuk beberapa hal, kamu jauh lebih dewasa menyikapi dari pada aku.
Aku cenderung gampang galau, tapi kamu masih bisa berpikir tenang. Bahkan beberapa hal tentang "uang" kamu sering menceramahiku. Katamu, "mengejar uang gak akan ada ujungnya". Memang benar, tapi gak punya uang pusing juga tau!
Pagi ini, aku ingin menuliskan sebuah surat untukmu. Tak banyak, tapi semoga apa yang menjadi pesanku untukmu menjadi kalimat-kalimat jitu kelak ketika kamu menjadi seorang Suami.
...
Dik, kelak kamu akan mengucapkan ijab qabul di depan Bapaknya atau Wali dari anak perempuan yang kamu cintai. Saat itu, mungkin aku akan jadi orang yang akan menitikkan air mata paling banyak tanda bahagia bercampur haru.
Ah, membayangkan nya saja membuatku tersenyum sekarang, apalagi kelak saat menyaksikannya. Pasalnya, aku teringat saat kamu masih bisa kugendong dulu. Pernah suatu ketika ada orang-orang yang membully-mu, dan aku adalah orang pertama yang mengejar mereka dan berteriak, "Jangan ganggu adikku,".
Dik, perempuan yang kelak menjadi pendamping hidupmu adalah dia yang dibesarkan dengan cara terbaik oleh Ibu Bapaknya. Yang dilahirkan kedunia ini dengan pengorbanan bertaruh nyawa Ibunya dan diberi makan hasil mencari nafkah Bapaknya. Tentu Dik, Bapaknya akan memberikan makanan terbaik yang dia bisa beli untuk anak-anaknya.
Begitupula Ibunya, yang setiap hari menyuapinya, mendidiknya dan merawatnya dengan sangat baik dan penuh cinta. Tentu Dik, ketika dia datang ke keluarga kita harus kita sambut dengan sambutan paling hangat yang kita bisa. Kita harus mengupayakan cara-cara terbaik agar dia nyaman berbaur dan menyatu menjadi bagian dari keluarga kita.
Ingat Dik, saat menikah mungkin kamu adalah satu-satunya pelindung dia yang dia harapkan bisa melindungi dia setiap saat. Sebab, Bapaknya yang bisa melindunginya tak bisa lagi dia ajak ke rumah tempat dimana kalian akan tinggal. Maka, lindungilah dengan cara-cara terbaik Dik. Upayakan perlindungan untuknya dan jangan biarkan dia meneteskan air mata karena kamu tidak bisa melindunginya.
Kelak, jika dia berbeda pendapat dengan Ibu tentang pengasuhan anakmu, maka kamu harus mendengarkan keduanya, bukan membela salah satu. Kamu harus berani menegur yang salah, sekalipun jika Ibu kita yang salah. Tentunya, kamu harus menegur Ibu dengan cara yang paling lembut, sebab bagaimana pun Ibu adalah yang melahirkan kamu ke dunia ini. Begitu pula ketika Istrimu yang bersalah, maka kamu harus menegurnya dengan cara yang paling lembut, jika ada carilah cara yang tidak membuatnya sakit hati.
Tapi, aku selalu berdoa Dik, semoga Istrimu adalah Istri yang baik terhadap keluarga kita. Yang menganggap kita adalah sebuah keluarga dan menjadikan pelukan Ibu seperti rumahnya juga. Dan kita pun harus memperlakukan dengan sangat baik, sama halnya seperti aku padamu dan juga ibu padamu. Jika Ibu kita khilaf beberapa waktu, maka tugasmu untuk mengingatkan.
Kelak, aku ingin jadi ipar yang menyenangkan untuk istrimu. Yang tidak kuanggap sebagai ipar tapi adik kandung sendiri. Karena, dengan dia adik kecilku akan menghabiskan waktunya dan tentu dia adalah orang yang kelak akan menjaga dan merawat dirimu ketika tua nanti.
Dik, kutitip, tolong berjanji padaku bahwa kamu akan menjaganya dari hal-hal yang membuatnya terluka. Dari segala sesuatu yang membuatnya kecewa, pun dari segala sesuatu yang membuatnya menangis. Jangan sampai dia menangis sendirian sedang kamu tidak tahu apa yang dia tangisi.
Jika terbesit hati untuk menyakiti, maka bayangkalah diriku, seorang Perempuan yang juga mendedikasikan hidup untuk menjadi Istri dari seorang laki-laki yang juga awalnya asing di keluarga kita, tentu kamu ingin aku diperlakukan sangat baik olehnya, maka Dik, perlakukan kelak Istrimu dengan cara terbaikmu.
Istrimu akan jadi Ibu dari anak-anakmu. Bagaimana anak-anakmu memperlakukan Istrinya, tergantung dari kamu memperlakukan Ibunya. Berbaik-baiklah padanya Dik. Jangan sampai ada tetesan air mata kesakitan maupun kecewa yang turun dari pelupuk matanya.
Jadilah Suami yang memang layak dihormati sebagai Suami, bukan karena kewajiban seorang Istri berbakti pada Suami. Jangan berlindung dibalik tameng apapun untuk menjadi Suami yang dihormati, tapi buktikan karena engkau memang layak menjadi Suami yang ditaati.
Review Dokter Anak di Jakarta Utara dr. Isabella Riandani, SpA, Check It Out Guys!
Pengalaman Melahirkan dengan Metode ERACS, Gimana Sih? Check It Out !
Kenapa Penting Sekali Menemani Ibu yang Baru Melahirkan?
Hi Ibu,
Tulisan ini aku dedikasikan untuk orang-orang yang barangkali belum paham betapa pentingnya Ibu yang baru melahirkan untuk ditemani.
Seorang Istri berbicara pada Suaminya, "Apakah sodara-sodaramu sudah mengetahui kalau aku sudah melahirkan?" lalu sang Suami menjawab, " Sudah, kenapa memangnya?", sang Istri kembali menjawab, " Kok tidak ada yang nengok?". Sang Suami terdiam, barangkali memang apa yang dikatakan oleh Istrinya adalah sebuah kebenaran. Bahwa tidak ada Sodaranya yang menengok Istrinya setelah melahirkan.
Sebenarnya, perkara tengok menengok bukan hal yang penting. Tapi, kalau kita melihat budaya di Desa dimana ketika ada yang melahirkan, Sodara dan juga tetangga berbondong-bondong untuk menengok. Bahkan, malam harinya terkadang mereka menginap agar sang Ibu yang baru melahirkan tidak merasa kesepian. Mungkin, inilah kenapa di Desa jarang ada baby blues kali ya? Hehe.
Setelah melahirkan baik sesar maupun normal, seorang perempuan tetap membutuhkan orang lain untuk membantunya. Namun, tidak semua memiliki orang terdekat yang peka untuk memberikan bantuan tanpa diminta. Sehingga, mereka melakukannya sendirian. Mulai dari malamnya begadang, paginya beberes rumah, menyiapkan makanan, mencuci baju, dan sebagainya. Hingga sebenarnya mereka merasa lelah, namun tidak dirasa dan menumpuk pada akhirnya burnout.
Apalagi, bagi mereka yang baru pertama kali memiliki bayi. Proses adaptasi dari sendiri menjadi seorang Ibu butuh perjuangan yang tidak main-main. Tak jarang bahkan pada akhirnya mereka merasakan apa itu baby blues yang sangat menyiksa. Sayangnya, tidak semua paham fenomena baby blues ini dan menganggap bahwa hal tersebut adalah bukti bahwa si perempuan tidak cukup kuat, katanya. Padahal, baby blues itu nyata!
Disinilah sebenarnya letak pentingnya kenapa seorang Ibu yang baru melahirkan perlu ditemani. Dia pasti akan dituntut untuk segera memberikan ASI pada anaknya. Sementara, jika dia sendirian siapa yang akan memasak? Siapa yang akan menyiapkan makanan? Sementara, cuti suami hanya 3 hari, sisanya dia harus berjuang sendiri. Belum kalau dia juga punya anak yang pertama, tentu pasti yang menjadi prioritas seorang Ibu adalah anak-anaknya, dan dia lupa untuk memperhatikan dirinya sendiri.
Maka, penting bagi kita jika memiliki anak, menantu, kakak, adik yang baru melahirkan hendaklah bantu tanpa harus diminta. Temanilah dia ditempat yang membuat dia nyaman, jangan paksa dia untuk berusaha nyaman ditempat kita, sebab kondisinya tentu masih labil, bisa saja dia semakin stress dan bisa berpengaruh pada produksi ASInya.
Sebagai seorang Suami, hendaklah peka dengan gelagat sang Istri. Tentu, tidak semua Istri memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapat yang membuatnya gelisah, disanalah letak Suami untuk pro aktif. Hendaklah meminta bantuan sang Ibu untuk menemani Istrinya dirumahnya agar ada teman.
Tugas yang "menemani" sebenarnya sederhana, dia bisa membantu si Ibu menenangkan si kecil ketika Ibu ingin makan dan si kecil rewel, itu saja. Tapi memang ada beberapa orang yang merasa kalau ada "teman" itu ada teman untuk ngobrol jadi tidak ada waktu untuk melamun yang akhirnya bisa membuat baby blues.
Menurutku, dukungan dari orang-orang terdekat sangatlah penting bagi Ibu yang baru melahirkan. Sebab, kondisi Ibu yang baru melahirkan tentu tidak stabil dan masih membutuhkan bantuan. Dukungan ini tentunya akan membantu si Ibu agar terhindar dari baby blues. Meski dia terkena baby blues pun dia tidak merasa sendirian sehingga terhindar dari hal-hal negatif.
Hal yang bisa kita lakukan adalah mencoba untuk membantu, namun kita bisa tanya dulu karena pada beberapa orang ada juga yang memilih untuk sendirian daripada ditemani oleh orang lain. Khawatirnya malah membuat ketidaknyamanan. Tapi, menurutku kalau baru melahirkan kayaknya kita emang masih butuh bantuan. Apalagi kan malemnya pasti kita begadang menyusui si kecil.