Featured Slider

[Sharing] : Lulusan Teknik Mesin, Kok Jadi HRD? Salah Jalan Apa Sengaja Terjebak?

Hi Guys,

Akhir-akhir ini, sering banget memperkenalkan diri, dan salah satu hal yang membuat orang-orang banyak bertanya adalah, dulu Psikologi dimana? dulu kuliah Hukum dimana? hehehe. 

Wait-wait, sejujurnya gue bukan lulusan Psikologi maupun Hukum hehe. Seperti yang gue tulis di judul, gue lulusan Teknik Mesin dengan gelar Sarjana Teknik. Loh loh, kok sekarang jadi HRD?

Jawabannya sederhana, yaa namanya juga hidup kita gak pernah tahu, ya kan? hehe. Oke-oke jangan emosi, kebetulan lagi agak senggang jadi gue mau sharing 'ketidakmungkinan' yang sekarang jadi 'realita' dalam hidup gue. 

Check it out guys!

Gue kuliah di salah satu Universitas Negeri ya guys. Berangkat dari Subang dengan tekad yang menggebu-gebu ingin jadi Menteri Pertanian! Ceileh! Yee, tapi serius loh, cita-cita itu selalu terpatri sampai di semester 4 apa 5 gitu. 

Tapi emang jalan hidup gak ada yang tahu, di tahun 2025 ini gue belum jadi Menteri Pertanian haha dan alhamdulillah gue masih bekerja sebagai Karyawan Swasta di Jakarta Selatan. Ihiy anak Jaksel nih bro, tapi tinggal di Jaktim ya hehe. 

Oke-oke, bentar tarik nafas dulu sebelum kalian denger cerita gue kali ini. 

Ceritanya, pas lagi fase nyari kerja dulu, gue emang sengaja nyari lowongan MANAGEMENT TRAINEE! Nah, kenapa gue emang nyari yang posisi MT, gue pernah bahas di blog ini juga ya. Kalau yang belum baca langsung meluncur kesini (klik disini untuk baca artikelnya).

Udah baca belum? 

Jadi kalau ada yang penasaran kok bisa dari Teknik Mesin jadi HRD? Jawabannya karena dulu gue daftar Management Trainee dengan kualifikasi ALL MAJOR dan tentunya berjodoh dengan posisi tersebut. Sehingga, mulailah gue berkarir sebagai HRD sejak 2016 itu. 

Sebenarnya banyak juga Perusahaan yang cari MT dengan background yang spesifik, misal dari Teknik Mesin, Teknik Industri, atau jurusan lainnya tapi entah kenapa ya, pas lihat iklannya gue langsung tertarik aja buat coba.

Waktu itu emang lagi fase hopeless juga, karena udah ikut tes kesana kemari tapi belum juga ada kabar lanjutan. Tapi, beginilah hidup kata gue waktu itu, kalau udah rezeki pasti akan sangat dimudahkan, tapi kalau emang belum rezeki yang gimanapun tetep gak akan dapet. 

Waktu itu gue tes di Unpad ditemenin adek gue. Jadi kata dia, dia berjasa dalam hidup gue karena kalau gak dianterin gak bakal kerja seperti sekarang hehe. Inget banget dulu kita berdua ujan-ujanan dan dia nungguin gue pas gue psikotest & wawancara. Tapi, emang dasar nya udah rezeki ya, dari mulai psikotest terus interview HR prosesnya cepet banget dan gue lolos untuk interview User di Jakarta.

Singkat cerita gue akhirnya interview user di Jakarta, tepatnya Kemayoran. Dulu kantor pertama lokasinya di Datascript. Saat itu selain interview user, gue juga ada FGD dimana kita bisa lihat tuh siapa aja "saingan" kita.

Proses rekrutmen selesai, intinya kalau kita lulus bakal dikasih tau H+3 dari hari pelaksanaan tes tersebut. Lalu, balik ke Subang naik Bis Warga Baru. Seperti biasa, dijemput di Subang Kota karena kalau udah malem gak ada angkot ke rumah. Mohon maklum karena gue emang berasal dari Desa nan jauh dari Ibukota. Hehe. 

Kalau gak salah gak sampai 3 hari gue udah dikasih info kalau gue lolos & masuk tahap offering. Sebagai fresh graduate saat itu ditawari gaji diatas UMR Jakarta udah lumayan banget kan. Jadi, gue ambil tawaran itu. Oya, kantor pertama gue bergerak dibidang Consumer Goods ya. 

Setahun 'pendidikan' sebagai Management Trainee, alhamdulillah gue lulus dan waktu itu langsung ditempatkan di HR Services (mungkin akan lebih familiar dengan HR Personnel kali ya), yang intinya Section yang mengurusi absensi, medical claim, tunjangan, dan sebagainya. 

Di kantor pertama gue resign setelah 6 tahun bekerja, cukup lama juga sih katanya buat milenial stay di dalam Perusahaan yang sama dengan waktu lebih dari 5 tahun. Karena biasanya, baru 3 tahun udah loncat cari kesempatan yang lebih joss. 

Di tahun 2022 setelah covid, waktu gue berniat rehat dulu dan ingin fokus pada tumbuh kembang anak. Tapi, tiba-tiba dapat telpon dan ada tawaran untuk kerja di Perusahaan Kontraktor Pertambangan dan bonusnya lebih deket ke rumah. Jadi, akhirnya gak jadi rehat dan lanjut bekerja sebagai Ibu Pekerja sampai hari ini. Hehe. 

Nah, kenapa sih gue pengen sharing cerita ini sama kalian semua terutama adek-adek yang lagi berada di fase cari kerja, jawabannya gue pengen menekankan bahwa sebenarnya gak ada yang gak mungkin SELAGI kita mau USAHA dan emang udah BAGIAN KITA. Artinya, ketika kalian udah usaha tapi gak "dapet" cukup tenangkan diri dan bilang bahwa itu bukan bagian kita. Mari kita coba yang lain.

Dulu gue belajar elemen mesin, mekanika fluida, dll sekarang yang gue handle adalah MANUSIA! Yang kita gak bisa predict apa aja yang bakal mereka lakukan & gebrakan apa aja yang bakal ada setiap harinya. Hahaha. 

Merasa salah jalan? Big No! Gue jadi teringat dulu pernah bertanya-tanya sama diri gue sendiri, gue pengen jadi apa ya? Gue mikir kalau gue jadi Engineer, banyak banget yang lebih pinter dari gue, hingga diri gue sendiri yang bertanya, APA GUE JADI HR AJA YA? (Sumpah dulu gue mikir kayak gini dan kayak ceplas-ceplos aja karena emang gak kebayang juga haha).

To all of you adek-adek yang lagi bingung apa ini passion gue / bukan saran gue ya jalani aja dulu yang ada sambil kalian prepare untuk hal-hal lain yang mungkin lebih passion bagi kalian. Ditengah kerasnya dunia (ceileh), memiliki pekerjaan adalah sebuah kesempatan saat banyak orang gak memiliki kesempatan itu. 

Kalau yang sekarang lagi difase punya atasan / lingkungan kerja yang toxic, its okay semua orang juga punya masanya masing-masing kok. Yang penting percaya aja, suatu saat kita pasti dapat yang lebih baik, cuma inget kita juga tetep mesti jadi orang baik. Hehe.

Oya, buat teman-teman yang CV-nya mau direview kalian boleh share link google drive aja nanti di kolom komentar nanti insya allah akan gue tengok & coba gue review. Inget ya, gue gak jamin apapun, gue mau sedikit membantu saja dengan cara yang insya allah gue bisa. 

Cukup sekian dulu yaa sharing-nya. Terimakasih.



[Re-Write] : Pengalaman Cari ART Lewat Platform Online Cicana, Check it out buibu!

Edited by Canva

Hi buibu. Selamat siang? Gimana kabarnya hari ini? Semoga dalam keadaan sehat & bahagia ya. Hari ini, saya mau sharing pengalaman lagi yah. Based on pengalaman sendiri ya, jadi mungkin diluar sana ada juga yang punya pengalaman yang berbeda :) 

Mendekati lebaran, pasti banyak banget Ibu2 yang mulai sakit kepala, bukan karena soal pengeluaran yang bakal membengkak aja, tapi juga drama ART yang gak berkesudahan. Bener gak sih? Rasanya setiap hari ada aja cerita tentang ART ini, mulai dari ART yang gak ada inisiatif, ART yang susah diomongin, ART yang izin pulang tapi gak balik-balik dan gong-nya kemarin temen saya cerita kalau ART-nya kabur jam 3 pagi. 

Untung-nya Mba saya yang sebelumnya ini emang sudah ngomong dari jauh-jauh hari kalau mau berhenti, berulang kali emang saya memastikan apakah dia serius atau enggak (berharapnya becanda kan hehe), tapi beliau sudah bulat tekadnya karena mau jaga anak adiknya yang kerja jadi TKW ke Arab Saudi. 

Menghargai keputusan pas h-2 minggu menuju lebaran akhirnya saya mulai memutuskan mencari-cari ART. Puyeng? Buangetttttt! Angin segar datang dari Subang, kata Mamaku ada yang mau kerja katanya dan siap dengan gaji dan job desk yang udah dijelasin. Tenanglah diri ini buibu, tapi mendekati lebaran tiba-tiba dapat kabar kalau dia engga dikasih izin sama anaknya. Hahaha. Piye toh? Kirain ketika ngelamar udah dapet izin.

Tanpa pikir panjang, saya langsung coba tanya sana sini siapa tahu ada yang punya rekomendasi ART, tapi hasilnya masih nihil. Nyuruh sanak saudara untuk share postingan loker pun masih sama, hasilnya NIHIL! Lalu, salah satu teman menginformasikan untuk share loker lewat 'loker muslimah' namanya, karena dia juga berhasil dapat dari sana. 

Sengaja ambil paket yang langsung hari itu juga diposting harapannya biar bisa segera dapat. Malam-nya mulai ada tuh yang kirim WA, agak serem juga karena orangnya maksa buat kerja dan minta dibolehin bawa anak yang usianya 2 tahun juga. Ybs telpon2 saya di jam 1 pagi, bayangkan? Dengan berat hati saya minta maaf bahwa belum bisa proses lebih lanjut. 

Hampir dua hari-an ada aja yang WA, tapi ketika saya minta poto diri terbaru & KTP untuk memastikan identitas kebanyakan gak ada yang bisa kasih. Alasannya berbagai macam, mulai dari hilang, dibawa suami, dan sebagainya. Alhasil karena worry, udahlah kayaknya gak efektif cari lewat loker ini. Karena semacam rezeki-rezekian aja, sebelumnya gak ada filter apa-apa juga kan. Alhasil sampai tanggal 20-an masih nihil. 

Tiba-tiba ketika saya posting loker ART di instagram, salah satu teman saya menginformasikan salah satu platform pencarian ART yang sudah dipakai temannya. Dia sendiri belum pernah pake, cuma emang katanya temannya dapat dari platform tersebut. Sebut saja, nama platformnya CICANA! 

Akhirnya, setelah bergulat dengan banyak pertimbangan, aku memutuskan untuk menggunakan jasa CICANA. Nah, apa sih CICANA? 

Cicana is a digital platform designed to simplify your search for qualified domestic workers, including housekeepers, babysitters, caregivers, live-in and live-out workers, and drivers—at reasonable prices. We make it easy for you to find trustworthy, hardworking, and reliable help for your home.

Cicana is a trademark of PT Cicana Indonesia Corp. Registered in the Directorate General of Intellectual Property under the Ministry of Law of the Republic of Indonesia. Registered in The Ministry of Investment and Downstream Industry of the Republic of Indonesia/BKPM. Verified and Certified in The Ministry of Manpower of the Republic of Indonesia.

Since 2019, over 4,500 customers across Indonesia have placed their trust in Cicana, leading to the successful placement of more than 4,500 workers. Our commitment is to remain your dependable provider of household worker services.

Our vision is to be your first-choice platform when seeking domestic workers. We continuously innovate and digitize our processes, making it easier for you to find and hire qualified and reliable domestic workers.

Our core values—Trustworthy, Transparent, and Communicative—guide everything we do. We listen to your needs, understand your preferences, and ensure you find the perfect fit on the first try.


Itu versi dari web mereka yang bisa kalian akses di https://cicana.co/about/. Singkatnya, mereka adalah platform online yang bergerak dibidang jasa yang menyediakan pekerja seperti ART, baby sitter, care giver, inval, dan juga driver. Kalau lebih enak ngebayangin-nya kayak marketplace tapi buat cari pekerja. 

Awalnya tahu darimana?

Awalnya dikasih tahu teman yang temannya pake jasa CICANA. Nah, saking canggihnya teknologi emang iklan CICANA ini terus muncul di instagram saya, mungkin karena sempat cari di google dengan keyword 'loker ART'.  

Untuk saya yang sangat sat sit set ini, respon dari admin CICANA yang fast respon sangat membantu banget. Untuk saya yang sat sit set, suka banget sama respon admin CICANA yang fast respon. Karena kayak ngerti kekhawatiran takut gak ada ART wkwk. Jadi, yang fast respon kayak gini sangat membantu banget. Mereka juga menjelaskan dengan details terkait dengan informasi yang perlu diterima oleh customer. 

Gimana cara daftar-nya? 

Nah, setelah diskusi lewat WA, kita diarahkan untuk akses web-nya untuk membayar 'subcription', dimana setelah bayar ini kita punya akses dan diberikan informasi terkait para pekerja yang available. Informasi ini bisa kita akses sendiri di web-nya dan juga dikasih info lewat admin-nya kayak gambar dibawah ini. Kita juga bisa lihat di saluran WA mereka yang bisa buibu ikutin ya. 


Atau kita bisa langsung akses web-nya di https://cicana.co/readytowork/ ya, nanti tinggal pilih sesuai dengan jenis pekerja yang kita cari. Kalau aku cari ART & Momong anak, jadi aku pilih yang housekeeper. 



Sekitar 3 harian nyari-nyari disana, tiap kali ada update coba untuk langsung lihat, tapi belum juga ada yang sreg. Lalu, munculah salah satu nama. Nah, sistem-nya kalau misalnya ada pekerja yang mau kita hubungi, kita klik aja link pekerja tersebut, nanti akan otomatis nge-link ke admin WA Cicana, dan otomatis request nomor HP pekerja. Kayak tampilan di bawah ini.


After itu, udah part kita nih buat interview calon pekerja. Nah, saya punya saran nih biar buibu gak wasting time interview banyak calon pekerja. Jadi, sebelum melakukan interview, ada baiknya buibu udah bikin job desc yang detail terkait dengan pekerjaan si calon pekerja nanti. Istilahnya, dia udah tahu di awal pahit-pahitnya terkait dengan pekerjaan. Meskipun gak ada jaminan akan bertahan lama/ enggak maksudnya ini salah satu ikhtiar biar pas pekerja datang dia kebingungan mau ngapain, ya gak sih? Plus juga menghindari pekerja tiba-tiba berhenti karena alasan perbedaan job desc yang diinfokan dengan yang aktual.

Jadi saya bikin draft di WA yang isinya ngejelasin detail pekerjaan dia nanti. Setelah melakukan perkenalan sama calon pekerjanya, saya izin untuk share dulu tuh terkait dengan draft nanti, lalu dikonfirmasi kalau dia setuju kita langsung interview, kalau dia gak setuju / gak minat udah selesai. Hal ini bisa memangkas proses menurutku, jadi kita gak usah capek-capek interview kalau udah gak minat dari awal. 

Aku sempat request hampir 4 nomor calon pekerja. 1 orang memutuskan gak siap dengan pekerjaannya, 2 orang waktu itu belum sempat aku hubungi, dan 1 orang terakhir yang setelah aku jelasin job desc-nya di awal dia bilang berminat dan lanjut interview. 

Apa aja yang harus ditanyain saat interview ART bakal aku bahas terpisah ya buibu. Disini aku menjelaskan pengalaman soal 'cari source' ART-nya aja dulu menggunakan platform ini. 

Setelah melakukan interview, saya berikan waktu juga buat si pekerja mikir dulu. Qodarullah, saat itu si calon pekerja sudah setuju dengan pekerjaan dan gaji yang diberikan, jadi keputusan final-nya ada di saya. Saya bilangnya akan diskusi dulu dengan suami terkait keputusannya. 

Nah, singkat cerita suami saya setuju dengan kandidat ini & proses setelahnya adalah konfirmasi ke pihak CICANA untuk proses selanjutnya. Kita akan dihubungi oleh bagian Complaint & Services untuk conference call 3 pihak, saya, CICANA, dan calon pekerja. Untuk jadwalnya kita dikasih pilihan ya, jadi tinggal pilih mana yang cocok. 

Pada proses ini intinya tim CICANA akan mengkonfirmasi terkait dengan pekerjaan antara klien (saya) dan calon pekerja agar nantinya clear dan tidak ada yang missed. Menurutku sih part ini penting sekali ya, karena tim CICANA akan mengkonfirmasi beberapa pertanyaan kepada calon pekerja didepan calon majikan. 

Jadwalnya sih cuma 10 menit, tapi kalau gak salah waktu itu sampai sekitar 30 menitan hehe. Oya, disini juga dibahas poin-poin yang akan dituangkan dalam Perjanjian Kerja. Semisal dari klien ada yang ingin ditambahkan, CICANA bisa mengakomodir itu selama yang kita ingin masukan itu belum diprovide  dan memang possible untuk ditambahkan ya.

Pada proses ini juga ada part kita make sure terkait dengan keberangkatan calon pekerja di rumah. Sistem-nya, nanti calon pekerja akan dipesankan travel dari daerahnya yang door to door ya. Dan ongkos pekerja dari rumah ke calon majikan itu ditanggung sama calon majikan, dibayarkan bisa cash/transfer (sesuai dengan travelnya) pas calon pekerja udah sampai rumah. 

Memang sih biaya travel yang door to door ini lebih mahal dibandingkan dengan kereta api/ bis. Tapi, kalau misalnya calon pekerjanya pemula mungkin lebih baik kita pesankan yang door to door aja biar kita juga gak ribet juga dan kita tinggal nunggu di rumah aja. 

Jadi rencana-nya calon pekerja (saya sebut 'MBAK' ya disini) akan datang ke rumah ditanggal 5 April 2025. Saat itu sebenernya saya juga udah WA terus ybs biar ngabarin karena asalnya dari Jawa Tengah estimasi sampai di rumahku itu sekitar jam 8 pagi dihari setelahnya. Cuma, ada kejadian yang kurang smooth juga sih ehe, ternyata MBAK gak berangkat di jadwal tersebut karena si travel baru sampai rumah jam setengah 1. 

Mbak juga ngabarin ke gue kalau ga berangkat karena udah kadung malem banget. Saya positif thinking-nya karena memang ada beberapa orang yang dia memang takut kalau perjalanan dimulai saat malam. Jadi yasudah, saya gak terlalu ambil pusing. Saya suruh Mbak-nya untuk koordinasi sama tim CICANA. 

Di hari itu, saya dapat kabar untuk jam keberangkatan di jam 13.00 tanggal 6 April-nya. Udahlah tenang nih saya, berarti estimasi sampai sini sekitar malam. Tapi, pas jam 13.00 saya konfirmasi belum ada info juga nih dari tim CICANA. Eh, ternyata Mbak-nya info kalau travel-nya dibatalkan sama pihak travel secara mendadak. 

Mulailah saya mengajukan komplain sama CICANA, tapi WA yang urus keberangkatan ini agak lama respon-nya jadi saya coba hubungi nomor admin general. Belum ada feedback sama sekali tuh, sementara saya uring-uringan karena besok kerja wkwk. Tapi, Mbak-nya ini menurut saya sangat kooperatif dan info progress-nya. Sampai dia bilang kalau mau pesen travel sendiri. Cuma karena di awal kan terkait keberangkatan di handle sama CICANA, saya minta Mbak-nya tetap koordinasi takutnya double. 

Mbak-nya info kalau udah dapat travel & akan berangkat abis isya. Disana gue mastiin lagi, meskipun travel-nya sampai rumah jam 1 pagi tetap berangkat kan mbak? kata dia, iya buk saya berangkat. Tenanglah gue disana. Baru abis Mbak-nya info, dari CICANA juga info sih. Saya pikir mungkin karena klien yang dipegang banyak, jadi memang pas ada case diatas saya gak dapat fast respon. 

Singkat cerita sekitar jam set 12 di hari Senin, mba ART saya datang. Karena emang sudah siang jadi saya suruh istirahat dulu aja, toh dia perjalanan hampir 12 jam dari rumahnya. 

Nah kenapa sih akhirnya saya memutuskan lewat platform CICANA?

Jawabannya karena di CICANA ada semacam pre-interview yang dilakukan sama mereka & mereka pake BEI loh. Di lembar deskripsi pekerja juga diinformasikan rekomendasi hasil interview-nya. Maklum ya buibu, terbiasa dikerjaan sebagai HRD jadi memang menurut saya hal ini bisa jadi filter awal. Ya namanya juga usaha ya, apalagi ini kan nanti pegang anak saya, jadi tentunya saya ingin dapat pekerja yang terbaik dari yang terbaik. 

Tapi balik lagi ya buibu sebenernya gak ada jaminan pasti. Kesempatan kita ya pas wawancara one on one kita bisa tanya secara detail. Buibu juga bisa cari media sosialnya & kalau saya memang cari nomor HP dia juga di get contact hehe. 

Karena kita istilahnya order lewat platform ini, jadi ada semacam regulasi-regulasi yang udah di create sama CICANA yang tentunya sebenernya untuk 'menjaga' pekerja dan juga klien (alias calon majikannya). Nanti juga kita akan diberikan perjanjian kerja yang wajib ditandatangani oleh kedua belah pihak. 

Poin-poin yang bisa aku share kalau lewat CICANA aku jelasin beberapa aja yah hehe. For more details kalian bisa langsung kepo-in aja di web-nya. 
  • Biaya admin-nya itu maksimal Rp.2.000.000 ya, saya gak tahu sih kalau diluaran sana pasarannya berapa, cuma memang pernah tanya beberapa 'penyalur' harganya masih di bawah ini, jadi menurut saya yang newbie ini 2 juta lumayan juga untuk biaya admin-nya. Tapi mungkin balik lagi ya, dengan jasa yang mereka tawarkan seperti apa.
  • Mbak-nya wajib dikasih libur 1 hari dalam 1 bulan setelah bekerja 3 bulan. Teknis-nya nanti bisa didiskusikan dengan Mbak-nya pas udah sampe. Mau dipake atau diuangkan? Kalau diuangkan jadi 150 ribu. 
  • Pas gaji-an pertama majikan boleh tahan gaji sebesar 350.000 & akan diberikan sama pekerja setelah 3 bulan (barengan sama gaji-an bulan ketiga). 
  • Calon majikan boleh request untuk MCU si calon pekerjanya ya, ada regulasinya sih detailnya ada di web mereka. Kalau saya, kemarin cuma tanya aja sih, apakah ada riwayat seperti TBC atau penyakit menular lain-nya.
  • Semisal pekerja pertama mengundurkan diri / kita gak cocok, kita bisa klaim garansi asalkan sebelum 2 bulan ya. Sayangnya klaim garansinya cuma bisa 1 kali aja. Ini yang menurutku kurang worth it lah dengan biaya admin 2 juta tapi kita cuma dapat garansi 1 kali pengganti. Tapi balik lagi ya, itu pendapatku.
Nah, sekarang saya mau lanjut nih ceritanya. 

Akhirnya si Mbak ini mulai kerja nih, karena usianya baru 20 tahun dan pemula mungkin dia masih kagok kali ya. Tapi, saya akuin jempol dia itu emang sopan banget. Dan karena masih muda dia bisa main tuh sama anak-anak kayak nyambung aja gitu, terutama sama adek, karena adek itu sebenernya gampang banget buat kenal sama orang baru, kalau abang emang butuh waktu. 

Anaknya super kalem dan juga lemah lembut, bahkan kalau ngomong suka kurang kedengeran hehe. Kalau dikasih tau dia dengerin dan juga kalau ada yang misal kurang tepat dia ada usaha buat memperbaiki. Dia cukup kooperatif juga ketika bekerja dan tentunya saya perhatiin bisa handle anak-anak. 

Tenanglah kan diri saya ini, eh tiba-tiba disuatu sore dia datang ke saya dengan kondisi nangis. Infonya Ayahnya lagi sakit & kondisi 'sekarat'. Mendengar itu, saya kaget dong. Tapi, takutnya terjadi apa-apa saya persilahkan dia pulang jika mau pulang, kenapa? Ya kita gak tahu kan ya apa yang akan terjadi, nanti takutnya terjadi hal-hal yang kurang baik lalu dia menyesal & saya pun juga gak mau ambil resiko.

Sebenernya saya persilahkan dia jika mau jaga Ayahnya 1-2 minggu & saya akan tunggu konfirmasi dari dia pas sabtu depan (ada waktu 1 minggu buat dia mikir kan) apakah akan balik/enggak. Bagaimana pun saya tetap memperlakukan dia dengan sangat baik kan, jadi saya tawarkan pilihan itu. Tapi, melihat gelagatnya, dia udh bawa barang2 semuanya. Dan dia juga minta gaji yang sudah bisa dibayarkan. 

Sebenernya, kalau ketentuan CICANA kita bisa nahan 350 ribu gaji awal & juga 200 ribu kalau ART izin pulang. Tapi, mana tega kan ya saya nahan uang apalagi kondisinya orangtua dia lagi sakit. Akhirnya, saya kasih semua. Dalam hati, kalau masih rezeki ya dia bakal balik kalau gak rezeki ya sudah mau gimana lagi. Singkat cerita dia pulang. 

Pusing kan harus minta tolong ke siapa? Akhirnya, saya telpon ART saya yang sebelumnya buat back up dulu & alhamdulillahnya dia mau tapi dia juga gak bisa lama-lama. ART lama saya back up sampa 2 mingguan namun saya belum juga tuh dapat pengganti. Akhirnya, mau gak mau saya minta tolong dulu sama ibu mertua saya & juga gantian cuti sama suami. Alhamdulillah atasan saya mengerti dengan kondisi ini. 

Selanjutnya, ini yang bikin saya trust issue wkwk dan juga kesel sampai geleng-geleng kepala sama kelakuan seseorang. Begini ceritanya buibu. 

Saya kan coba cari-cari lagi ya lewat CICANA, dapatlah saya 1 nama, lalu saya jelaskan by WA dulu pekerjaan dan dia setuju, lalu saya lanjut interview dong. Saya ulangi lagi nih kalau kerjaannya bla bla bla bla dengan sangat detail & dia pun setuju. Bahkan disamping pas kami video call ada Ayahnya juga & ikut tanya saya asli mana. 

Lalu, saya tanya dia bisa mulai kapan? Karena kebetulan dia orang Kuningan pikir saya dekat kan gak sejauh dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Dia bilang baru bisa dihari minggu depannya (saya harus nunggu sekitar 8 harian lagi kalau gak salah). Cuma ada kalimat yang bikin saya berpikir, begini "Ya saya baru bisa hari minggu, kalau ibu mau nunggu saya berangkat, kalau enggak ya bukan jodohnya". 

Saya langsung cerita dong sama suami saya, kok kayaknya gimana ya ada muncul kalimat ini? Suami saya gak banyak komentar juga. Kita akhirnya udahlah nungguin dia aja karena baru bisa berangkat hari minggu (waktu itu yg pas senin hari libur itu loh lupa tanggal berapa). Karena dia bisa hari minggu & saya kan kalau libur pulang ke Subang, akhirnya saya memutuskan balik ke Jakarta di hari minggu dengan niatan menghargai si Mbak ini yg cuma bisa dihari minggu. 

Singkat cerita, hari minggu dia datang siang sekitar jam 2an karena saya belum sampai Jakarta akhirnya dia nunggu dulu di rumah ibu mertua saya. Magrib saya sampai langsung saya jemput. First impression-nya dia memang berusaha untuk 'sok' akrab. Saya memaklumi itu mungkin itu bagian dari cara dia untuk berkenalan dengan saya dan keluarga. 

Saya suruh ybs buat istirahat aja dulu biar besok mulai kerjanya. Tapi ybs ajak main adek sebentar & saya pesenin makan buat ybs. Saya bilang kalau mau makan disini ya tinggal ambil aja tapi katanya udah kenyang, saya bilang yasudah kalau laper malem ambil aja ya. Selesai tuh hari minggu.

Besoknya hari senin saya libur kan, saya keluar kamar ybs lagi dikamar katanya bingung mau ngapain (padahal sudah dijelaskan di wa job desk nya ngapain), pas malem juga udah sedikit-sedikit saya jelasin, okelah gak apa-apa mungkin karena masih baru. 

Ybs memilih untuk nyetrika tuh akhirnya. Anak-anak masih belum mau sama ybs untuk mandi / makan jadi masih saya yang handle anak-anak. Ybs dari pagi ampe siang nyetrika tuh, pas pagi saya tawarin kan mau nasi uduk gak, katanya mau, saya beliin lah saya taro di dapur biar dia langsung ngambil. Dan fyi, makanan yang malem gak dia makan dong, bahkan mungkin gak disentuh sama sekali.

Menuju siang ybs masih nyetrika di kamar, padahal udah saya bilang santai aja gak selesai hari ini juga gak apa-apa. Tapi keukeuh gak apa-apa katanya, cuma anehnya nih orang kok gak makan nih. Eh tiba-tiba jam 3an apa ya lupa, dia bilang gini, "Buk, kayaknya teteh gak bisa deh, takut gak sesabar ibu nanti gak sabar sama anak-anak".

Eng ing eng, nge-hang otak saya mencernanya. Lalu, saya langsung bilang gini, "Oh gitu? Bagus teteh bilang sekarang (dalam hati kan di awal udah dikasih tahu ya pahit-pahitnya) mau pulang hari ini? Urus aja langsung sama tim CICANA ya." sumpah saya ngomong sambil bergetar karena bener-bener speechless. 

Kenapa gak ditahan? Udah gak respect sih padahal berulang-ulang dipastikan & saking menghargainya ybs saya tunggu loh ybs meskipun hampir 1 minggu. Niatnya ybs mau kerja jadi mari kita kasih kesempatan gak apa-apa. Eh balasannya bener-bener bikin sakit kepala. Punten ini gak sampai 24 jam dong. 

Kecewa ya? Banget! Padahal dari awal berulang kali saya ulangi job desc nya apa, requirementnya seperti apa, saya bilang teteh harus sabar tapi kalau ngadepin anak-anak karena lagi aktif-aktifnya, ybs bilang gak apa-apa buk udah biasa. 

Emang sih ya kita gak punya jaminan, tapi mbok ya astagfirullah bener-bener ngelus dada. Dikasih makan pun gak ditoel sama sekali. Akhirnya dia pulang katanya ke rumah sodaranya & dia minta dipesenin grab, masih baik banget saya pesenin itu grab harusnya gak usah dipesenin ya suruh dia cari sendiri. Tau ga buibu? Entah saking buru-burunya atau gimana handuk pun pada ketinggalan. Abis itu saya langsung cek di rumah bukan suudzon tapi kan kita harus tetap waspada ya. 

Tarik nafas dalam-dalam sambil istigfar biar gak marah-marah. Sampai bilang, "kok ada ya yang kayak gini?" hehe. Tapi balik lagi, emang gak pernah ada jaminan ya buibu mau kita pake jasa siapapun, mau kita pake filter di awal dengan berbagai cara, bahkan berujung katanya kalau dapat ART itu kadang rezeki rezekian. 

Mungkin itu kali ya yang bisa saya share, semoga membantu buibu yang lagi cari-cari platform buat cari pekerja juga. Dan buat buibu yang lagi cari ART semoga dimudahkan mendapatkannya ya & dikasih yang baik-baik yaa. Amin :) 

Review Konsultasi dengan dr. Huthia Andriyana, Sp.OG di RSU Bunda Margonda

Edited by Canva

Guys, kali ini aku mau sharing pengalaman setelah konsultasi sama salah satu Dokter Kandungan di area Depok. 

Jadi ceritanya, setelah pasang IUD menstruasi aku periode-nya jadi ampir 2 mingguan (1 minggu flek2 cokelat, lalu darah segar). Lalu, beberapa kali pas mau menstruasi ada rasa sakit di perut bagian bawah. Ini jelas gak kayak biasanya, karena sebelum pasang IUD aku gak pernah ada masalah soal menstruasi. 

Sebenernya, ini kali pertama aku 'searching' dokter kandungan di area Depok dan sekitarnya, karena emang biasanya ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, ada Dr Stella langgananku. Tapi, berhubung ke Kelapa Gading cukup jauh, jadi bismillah deh aku mulai searching yang di RSU Bunda Margonda. 

Nah, mungkin ada yang nanya, kok langsung ke RSU Bunda Margonda? Iyap, sebenarnya di dekat rumah banyak alternatif rumah sakit yang ada Dokter Kandungannya, tapi saat itu abang lagi dirawat di RSU Bunda Margonda, jadi semacam biar gak ke rumah sakit bolak-balik, jadi cobalah cari Dokter kandungan disini. 

Aku cari Dokter Kandungan di link reservasi onebunda.com, disana kita bisa lihat jadwal Dokternya. Lalu, bikin list Dokter siapa saja, dan aku coba cari referensi lagi di om google. Dan ketemulah instagram Dokter Huthia ini. So, aku coba aja booking beliau. 

Reservasinya tetap lewat onebunda.com ya, nanti dapat antrian dan estimasi jam-nya. Karena lagi di RS, aku coba langsung ke poli klinik untuk daftar ulang siapa tahu belum pada datang pasiennya dan bisa masuk duluan. Karena di beberapa RS kadang antrian itu berdasarkan kedatangan.

Aku tanya ke bagian registrasi dan katanya sisa 2 pasien lagi sebelum aku jadi aku tunggu tuh, tapi aku penasaran, cobalah aku tanya ke Suster yg dampingin Dokternya dan ternyata ada 9 pasien (klo gasalah sebelum aku). Sempet kesel juga sih karena gak sinkron jadi akhirnya aku balik dulu aja. Hehe.

Jadi saran aku kalau kesini dateng sesuai dengan jam yang tertera di aplikasi aja ya dan itung-itung aja untuk estimasinya jadi biar gak lama nunggu di RS. Nah, akhirnya sekitar jam 14.00 aku kembali ke poliklinik dan tanya ke Suster kalau tinggal 2 orang lagi aja. Dan gak lama kemudian akhirnya tibalah giliran aku. 

Pertama kali masuk, Dokternya ramah banget. Jadi, aku ditanya ada yang bisa dia bantu. Lalu, aku jelasin deh permasalahannya. Akhirnya, aku USG transvagina buat dicek posisi IUD, khawatirnya ubah posisi kan. 

Hasil dari USG alhamdulillah aman, gak ada apa-apa dan USG juga berada diposisinya. Cuma emang yang menyebabkan aku menstruasi hampir 14 hari ini belum tahu karena apa. Tapi, ada kemungkinan juga karena BB aku yang overweight, hiks! 

Dari Dokter suggest untuk diet dan juga dikasih obat buat ngelancarin menstruasi. Cuma, emang obatnya gak aku tebus ya guys, maksud aku tuh pikirnya aku mau usahakan untuk natural dulu yakni diet untuk menurunkan berat badan. 

Nah, pas ini juga kebetulan aku sekalian PAPSMEAR (nanti akan aku bahas terpisah ya). Intinya, menurut aku Dokter Huthia bisa menjadi salah satu pilihan dokter kandungan buat kalian yang berada di sekitaran Depok. Yang aku suka Dokternya ramah dan ngejelasinnya detail banget sehingga informasi yang kita dapat itu utuh dan mudah dicerna. 

Oya, aku spill estimasi harganya ya. Untuk konsultasi dokternya sendiri itu sekitar Rp.275.000 yaa. Nah, buat ibu-ibu yang lagi cari referensi mungkin bisa dicoba untuk konsultasi ke beliau di RSU Bunda Margonda. 

Sekian :)


#1 Review Dokter Specialis Dr Lucia Nauli Simbolon di RS Permata Cibubur, Check It Out Bu!

Haloha Ibu-Ibu,

Kali ini aku mau #review DSA lagi hehe. Aku ngerti banget sih Buibu untuk menentukan DSA yang cocok buat anak itu emang gampang-gampang susah kalau belum tau sendiri, tapi semoga informasi yang aku sampaikan sedikitnya bisa membantu Buibu dalam membuat sebuah pertimbangan. Hehe. 

Seperti yang udah pernah aku share sebelumnya, kalau anak-anak aku itu dua2nya emang lahir di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, yang pertama memang karena dulu tinggal dekat sana & yang kedua karena udah tahu pas anak pertama gimana, jadi ya aku putusin lagi lahiran disana. 

Cuma karena aku sekarang udah pindah rumah, aku mikir juga kalau dari Depok ke Kelapa Gading lumayan jauh juga nih, sehingga mau gak mau aku harus punya alternatif DSA lebih dekat. 

Ada beberapa DSA yang pernah aku datengin untuk berobat / juga vaksin ya Buibu, nah di artikel kali ini aku mau fokus review Dr Lucia Nauli Simbolon yang praktek di RS Permata Cibubur. 

Tau Dr Luci (panggilang akrabnya) itu dari salah satu teman Suami yang juga dulu lahiran di RS Permata Cibubur dan DSA anaknya Dr Luci. Pemaparan awal sih dari yang aku tau, Dr Lusi ini emang komunikatif Dokternya dan gak bikin panik. 

Singkat cerita, pas Adek terdiagnosa batuk yang disebabkan oleh Alergi & belum sembuh-sembuh, kita coba untuk konsultasi ke Dr Luci. First time konsultasi emang Dokternya ramah banget, ngejelasin detail dan mudah dimengerti. 

Dan poin yang bikin aku kayak 'wake up' nih dengan dunia peralergian susu ini, dokternya bilang, kan usia Adek udah lebih dari 6 bulan, jadi seharusnya aku jangan musingin soal susu formula, tapi fokus aja buat ngasih makannya. Karena kan usia 6 bulan sudah bisa MPASI which is kita kejar di makanan. 

Nah, gak tau ya ini mungkin emang adek cocok, setelah diperiksa sama Dr Luci batuknya berkurang & lama-lama sembuh. Dari sana aku mulai sreg sama Dr Luci nih Buibu. Suamiku juga pas keluar ruangan langsung feedback, "Bisa jadi pilihan" katanya. 

Kalau mau tanya-tanya diluar jam praktek Dr Luci bilangnya DM aja soalnya kalau Whatsapp suka lupa ngebales katanya, so far sih selama aku tanya lewat DM dokter balesnya cepet juga gak sampai lewat dari 12 jam aku itung. 

Karena adek udah ngerasa cocok, terus pas vaksin abang juga kita mutusin buat ke Dr Luci dan seperti biasa emang ngejelasinnya detail, terus ditanya udah bisa apa aja, dan juga proposed abang buat segera sekolah bermain biar mulai belajar sosialisasi. 

Nah, kalau mau reservasi Dr Luci bisa langsung kontak admin RS nya ya di nomor +62 811-808-806 nanti bisa sekalian tanya jadwal juga. Cuma, sekarang tuh Permata Cibubur udah bisa reservasi lewat aplikasi, tinggal download aja. Menurut aku lebih mudah banget sih, kalau pake pribadi gak perlu daftar antri lagi tapi bisa pake mesin yang ada di lobby.

Abis itu bisa langsung ke Nurse Station buat timbang anak & tunggu antrian. So far, kalau di Permata Cibubur meskipun udah dapat antrian pas pendaftaran awal, untuk antrian masuk ke ruang dokter berdasarkan kedatangan. Jadi, saran aku mending datang pas awal jadi bisa dapat antrian lebih cepat. 

Buat jadwal dokter bisa Buibu lihat di aplikasi yaa, kalau gak salah beliau praktek senin - sabtu. Kalau senin - jumat itu biasa start di jam 15/16 tapi kalau sabtu dari jam 10 kalau gak salah ya. Biar gak salah langsung cek diaplikasi ya. 

Nah, sekian dulu review DSA kali ini. Semoga informasi ini bisa bermanfaat yaa :)

[Horor - After Office] Bagian 1 Suara dari Toilet

Jam sudah menunjukkan pukul 17.15, namun hujan tak kunjung berhenti. Beberapa teman kerjaku terpaksa menerobos hujan namun beberapa lagi ada yang menunggu di lobby. Tinggalah aku berdua bersama mas Adi di ruangan ini. 

"Mas, lu balik jam berapa?" tanyaku pada mas Adi yang ternyata lagi main mobile legend bukan kerja.

"Bentar lagi paling Day, kenapa emangnya?" tanya mas Adi bertanya balik.

"Gue pesen ojeg kagak ada yang mau ambil karena masih ujan kali ya," jawabku.

"Sabar aja dulu nunggu redaan dikit, nanti juga banyak," kata mas Adi. 

Mas Adi kembali sibuk dengan layar handphonenya sementara aku mencoba untuk melihat ke arah jendela dengan maksud untuk melihat apakah hujan sudah berhenti atau belum. Namun, karena hari sudah mulai malam, aku sulit melihat apakah hujan sudah berhenti atau belum. 

Kantor ini memang tidak seperti kantorku sebelumnya yang jam 9 malam masih ada orang yang bekerja. Setelah jam 17.00, orang-orang benar-benar berlomba untuk segera pulang ke rumah masing-masing, ya kecuali mas Adi ini dan 1 orang OB bernama Pak Oding.

Pak Oding masuk ke ruangan, "Belum pulang mbak?" tanya beliau."Belum nih pak, masih nunggu ujan reda," jawabku. Pak Oding melanjutkan aktivitasnya membersihkan ruangan, sementara aku memutuskan untuk pergi ke toilet. 

Jarak dari ruangan kerja ke toilet tidaklah jauh, tapi karena sudah hampir malam lorong ini tampak sepi dan berjalan menuju toilet terasa menyeramkan. Aku membuka pintu toilet, lalu masuk ke dalam bilik paling kanan. Di toilet perempuan ada tiga bilik dan 2 westafel.

Entah dorongan darimana, aku bersenandung kecil. Namun, setiap kali aku mengakhiri senandung, seperti ada suara tambahan yang datang dari bilik sebelah. Aku terdiam dan mendengarkan kondisi sekitar, tidak ada suara.

Lalu, aku kembali bersenandung, dan sialnya ada suara tambahan di akhir kali aku selesai. Aku segera bangkit dan keluar dari bilik toilet. Dan, tidak ada siapa-siapa hanya aku sendiri yang berada di toilet ini. 

Aku segera mencuci tangan dan pergi dari toilet. Namun, ketika hendak keluar dari toilet secara tidak sengaja aku melihat pantulan seseorang dari cermin kamar mandi. 

"Hi," katanya. 


[CERPEN] : Seorang Anggota Dewan yang Pingsan Ketika Upacara Bendera


Pria paruh baya dengan kumis yang melintir dua senti dekat kehidung itu sedang gusar. Sejak tadi ia hanya bolak-balik tidak karuan sambil menempatkan tangannya dikepala. Sesekali dia menengadahkan kepalanya ke atas lalu kembali bolak-balik sambil kembali berpikir. Lalu, dia duduk disebuah kursi kayu tanpa sandaran. 

Kursi itu terbuat dari pohon jati kualitas nomor satu. Tidak ada yang berani duduk dikursi itu selain dia. Orang yang boleh duduk dikursi tersebut hanyalah para anggota dewan. Siapa saja yang berani duduk dikursi tersebut ia akan langsung dipenjara karena berarti dia tidak menghargai para wakil rakyat.

Seorang perempuan yang berparas cantik meski sudah berumur datang mendekat kepadanya. Konde yang rapih dan lipstik warna merah menyala serta dibalut kebaya jawa membuat perempuan tersebut sangat anggun meski sudah berumur. Dia menepuk pundak pria tersebut yang ternyata adalah suaminya. Sebagai seorang istri yang baik tentunya ia harus menemani sang suami dalam berbagai kondisi, termasuk dalam kondisi tidak jelas sekalipun seperti saat ini.

Wangsa melihat sang suami yang benar-benar kebingungan. Wajah suaminya mulai pucat pasi. Jangankah tersenyum, Maja hampir lupa cara bernafas. Lalu, sesekali dia menarik nafas panjang dengan maksud menenangkan hatinya. Namun, detak jantungnya yang tidak karuan membuat nafasnya jadi tersengal-sengal.

"Kampret emang si Tarum, dia tumbalkan aku kalau begini caranya," kata Maja mengumpat.

"Hus, mulut itu dijaga sampean udah jadi wakil rakyat," kata Wangsa.

"Wakil rakyat opo nduk? Semalaman aku tidak bisa tidur hanya memikirkan apa yang aku katakan diupacara nanti,"

"Sabar, kamu sendiri yang menerima pinangan partai politiknya,"

"Manusia-manusia goblok, aku yang wong edan kayak gini bisa juga kepilih jadi anggota dewan,"

"Mungkin orang-orang sudah pusing dan bingung mau milih siapa. Berhubung wajahmu lumayan tampan jadilah mereka memilihmu.

Mereka bahkan tidak peduli pada program-programmu nanti,"

"Jadi mereke milih aku gara-gara aku tampan yah?"

"Entahlah, kalau aku sih iya," kata Wangsa mencoba menggoda Maja.

"Ah adinda istriku tersayang, kamu ini pandai bikin aku deg-degan,"

"Masa udah 20 tahun nikah aku puji masih deg-degan sih mas?"

"Mau kubuatkan teh?" lanjut Wangsa.


"Tidak usah, aku tidak nafsu makan dan minum hari ini," kata Maja.

Maja menyuruh istrinya duduk. Dia menatap istrinya sangat lama. Lalu, dia memegang kedua tangan istrinya dan meletakannya dipahanya.

"Bagaimana kalau aku mundur saja?" tanya Maja.

"Tidak bisa. Kamu akan terlihat seperti pengecut dimata orang-orang," jawab Wangsa.

"Sudah banyak orang pengecut dinegeri ini mas, masa kamu mau ikut-ikutan juga," lanjut Wangsa.

"Gimana yah jadi orang-orang yang engga punya kemampuan apa-apa terus nyalonin jadi wakil rakyat?"

"Lah, sampean tanya diri sendiri lah. Sampean engga punya ilmu apapun, bangun aja kesiangan, ngomong aja belepotan, eh kepedean nyalonin jadi anggota dewan,"

"Aku kan pengusaha, uangku banyak,"

"Dipikir mimpin orang-orang pake modal uang saja? Sampean disuruh pidato aja gelagapan,"

Dengan perasaan yang campur aduk Maja melangkahkan kakinya menuju lapangan. Dia sengaja memperlambat langkahnya agar tidak cepat sampai. Namun, usahanya sia-sia karena lapangan upacara tidak jauh dari pendopo tempat ia tinggal.

"Selamat pagi, Maja. Kamu yang pimpin upacara pagi ini yah," kata seorang pria yang jauh lebih tua dibandingkan Maja.



Maja hanya menganggukan kepala. Dia sangat kebingungan akan berpidato apa nanti ketika dibagian amanat Pembina upacara. Maja berharap waktu bisa berhenti dan ia akan cari contoh pidato diinternet terlebih dahulu agar bisa dipuji banyak orang karena dia adalah orator ulung meski bahasanya adalah jiplakan hasil pencarian diinternet. Persetan dengan kata orang pidato tersebut hasil jiplakan yang penting Maja ada bahan untuk bicara di depan.

Udara cukup panas. Banyak peserta upacara yang pingsan. Maja semakin panik jangan-jangan rakyatnya malu punya wakil rakyat seperti dia. Jangankan bicara soal kebijakan internasional, bicara soal kenapa beras bisa impor saja Maja tidak tahu, jangankan bicara kesejahteraan rakyat, browsing diinternet saja Maja masih gaptek. Tangan Maja mulai gemetar dan matanya mulai kunang-kunang.

"Brukkkkkk!"

Maja terjatuh dari mimbar Pembina upacara. Semua orang yang menghadiri upacara pertama yang dipimpin oleh Maja pun panik. Tim medis pun segera menangani Maja. Sang istri yang berada di pendopo langsung menuju ke istana untuk melihat keadaan suaminya. Ketika melihat sang suami yang ditidurkan dengan celana pendek Wangsa malu melihatnya. Dia baru ingat tadi pagi suaminya menggunakan celana yang kekecilan. Sudah 10 menit sejak direbahkan dikursi istana, Maja tidak sadarkan diri. Wangsa pun panik karena takut terjadi apa-apa pada suaminya. Dia mencoba membangunkan Maja namun usahanya sia-sia.

***

"Aku tidak mau dibawa ke rumah sakit," teriak Maja.

Maja mengigau. Sang istri yang tidur disampingnya terbangun. Maja tertidur dengan menggunakan kaos singlet dan juga celana boxer 100 ribu tiga yang istrinya beli di pasar malam. Sementara itu, istrinya menggunakan daster sehaga 35 ribu yang dibeli ditempat yang sama dimana istrinya membelikan celana untuk Maja.

"Sampean mimpi apa?" tanya Wangsa.

"Aku mimpi jadi anggota dewan, Nduk. Tapi, pas upacara pertama aku malah pingsan di lapangan," kata Maja.

"Mbok ya kalau mimpi sadar diri juga sih mas. Mimpi kok ketinggian, tidak ngukur diri kamu itu namanya," kata Wangsa sambil tertawa lalu kembali menutup matanya.

"Tapi," kata Maja.

"Apa?" tanya Wangsa.

"Aku lupa mempersiapkan teks pidatoku,"

"Lah anggota dewan kan ada staffnya mas, tidak usah repot-repot cari naskah pidato,"

Maja hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya. Bagaimana pun dia harus mengakui bahwa sang istri sedikit lebih pintar darinya.

"Tidur mas, besok kamu harus cari rongsokan yang banyak bekal Singo sekolah," kata Wangsa.

Maja hanya bisa menelan ludah. Dia kembali teringat tugasnya sebagai seorang Ayah yang harus bekerja untuk membiayai anaknya sekolah bukan sebagai seorang anggota dewan yang harus menyiapkan teks pidato diupacara bendera.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Cerpen | Seorang Anggota Dewan yang Pingsan Ketika Upacara Bendera", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/via1203/5b039aecdd0fa8591f1375f4/seorang-anggota-dewan-yang-pingsan-ketika-upacara-bendera?page=4&page_images=1

Kreator: Via Mardiana


Pengalaman Mistis Saat Pendakian Gunung Gede, Yakin Mau Baca?

Edited : Canva

Kejadian ini aku alami sekitar tahun 2012, pas masih kuliah. Seperti biasa, sejak tergabung dalam perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam atau MAPALA, aku yang si anak rumahan ini menjadi lebih "berani" untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah aku lakukan. Maksudnya, dalam hal positif ya. Hehe.

Karena aku kuliah di Bogor, which is dekat sekali dong dengan beberapa Gunung yang ada di Jawa Barat. Salah satunya adalah Gunung Gede-Pangrango. Biasanya aku naik gunung dengan teman-teman MAPALA-ku, nah saat itu aku naik gunung dengan teman-teman kelasku.

Hari senin-nya kita udah koar-koar siapa yang mau ikut naik gunung. Saat itu, yang ikut hampir 20 orang, dalam hati wah banyak juga nih. Kalau aku ketika ngajak orang naik gunung, aku jelasin dulu kalau naik gunung itu beda dengan aktifitas yang lain. Jadi, secara fisik kita harus mempersiapkan diri kita jauh-jauh hari. Sehingga, aku undur ke minggu depan-nya agar yang lain bisa setidaknya olahraga terlebih dahulu.

Singkat cerita, hari kamis eh ternyata banyak yang mengundurkan diri gak jadi ikut dengan berbagai alasan. Kalau gak salah waktu itu sisa hanya bertiga saja. Yasudah aku bilang kita cancel saja dulu rencananya, tapi temanku si Cacing (nama samaran) bilang, "Jadiin aja, kita udah persiapan, nanti gue ajak adik kelas gue," katanya. 

Akhirnya, kami pun memutuskan untuk tetap naik gunung dengan personil 6 orang, yakni aku, Domba, Cacing, Harimau, Buaya, dan Papatong. Hari kamis malam aku dan Cacing mempersiapkan barang-barang yang akan dipacking agar besok tidak terlalu ribet. 

Nah, hari pendakian pun tiba. Kami berenam pergi ke basecamp Gunung Putri menggunakan motor. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam-an. Dan kita sampai di basecamp Gunung Putri sekitar jam 5 sore. 

Waktu itu kondisi cuaca hujan rintik-rintik jadi kita sengaja berteduh dulu menunggu hujan berhenti. Kita pun sempat berpoto bersama sebelum melakukan pendakian. Karena sebentar lagi mau masuk waktu magrib maka aku katakan pada teman-teman untuk kita solat Magrib dulu. Tapi, kita siap-siap dari sekarang, jadi pas selesai solat langsung bisa mulai pendakian. 

Adzan magrib berkumandang, kita sholat terlebih dahulu dan langsung siap-siap. Seperti biasa, aku selalu mengecek jam mulai pendakian. Lupa-lupa ingat, sekitar jam 6 kita udah siap dengan carrier masing-masing, lalu berdoa dan memulai pendakian. 

Awal-awal perjalanan semua masih tertawa. Tiba dipemberhentian pertama kita dicek SIMAKSI dll. Lalu, Petugasnya bertanya, "Dari kalian, siapa yang pernah naik gunung?", "Saya, Pak," jawabku. Petugasnya terlihat ragu karena aku Perempuan sendiri dan yang pernah naik gunung. Tapi, dia bilang,"Bener ya pernah? Yasudah hati-hati, nanti sampahnya bawa pulang lagi," kata Petugas. 
 
Setiap kali pendakian, kalau tidak kuingat, pasti aku catat start ketinggian berapa, setiap kali ada pos aku akan ingat kita sudah diketinggian berapa. Menurutku hal tersebut sangat penting untuk guidance kita dalam melakukan pendakian. Selain itu, aku juga harus rajin melihat jam karena untuk mengecek jika ada ketidaksesuaian dilapangan. 

Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan sangat "ceria". Ya seperti biasa, menceritakan kejadian-kejadian konyol pas kuliah lalu tertawa bersama. Setelah hampir 1 jam perjalanan, kami memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Makan cemilan dan tak lupa minum air putih masih dalam mulut yang gak berhenti bercerita dan tertawa. 
 
Sekitar 15 menit istirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan. Selangkah demi selangkah, kami tapaki jalanan setapak ini. Tanah basah yang membuat sepatu kami kotor, tak ayal beberapa kali tergelincir karena licin dan kembali berdiri lalu melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Kami terus berjalanan dengan harapan agar bisa segera sampai. Tujuan selanjutnya adalah Simpang Maleber. Artinya, kalau sudah sampai Simpang Maleber berarti sudah tak begitu jauh menuju alun-alun Suryakencana. 
 
Namun, semakin banyak langkah kami, kami tak juga sampai di Simpang Maleber. Kondisi teman-teman sudah mulai kelelahan. Kami bergantian membawa carrier utama. Sampai, Domba mengatakan sudah sangat kelelahan dan akhirnya aku yang kembali membawa carrier. Papatong sudah mulai emosi, "Vi, masih jauh gak? Kalau masih jauh bilang dong, jangan PHP-in gue," katanya. 
 
Situasi tim sudah tidak kondusif. Karena terlalu keletihan, kami semua menjadi mengedepankan emosi daripada berpikir jernih. Aku menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk tetap berpikir. "Ayo kita lanjut jalan lagi," kataku. Aku mencoba tenang agar tidak tersulut emosi. Karena bagaimana pun, kalau semua emosi situasi akan tambah kacau.

Kami terus berjalan meskipun sangat pelan-pelan. Selangkah demi selangkah, namun tak kunjung juga sampai di Simpang Maleber. Teman-teman meminta untuk istirahat kembali, aku pun mengizinkan karena melihat kondisi mereka memang sudah benar-benar kelelahan. Apalagi kita juga harus berhemat air karena sudah minum terlalu banyak dan juga sering akibat gak sampai-sampai. 

Aku merasa aneh. Kok tidak sampai-sampai ya?
 
Lalu, tiba-tiba aku mencoba melihat sekeliling. Dalam hati, "Bukannya tadi pernah lewat sini ya?". Seperti ada yang menyadarkan, aku segera melihat jam tangan yang menunjukkan sudah pukul 2 pagi dan kita masih belum sampai. Padahal, biasanya selambat-lambatnya kita maksimal 4-5 jam sudah sampai di Simpang Maleber. 
 
Aku mengingat ketinggian terakhir yang sudah kita lewati. Harusnya kita tidak lama lagi untuk sampai di Simpang Maleber. Aku sadar bahwa ada yang tidak beres. Tapi, aku belum bicara sama teman-teman pendakian. Sejauh ini, aku masih berpikir berdasarkan logika dulu, aku mengajak teman-teman untuk kembali berjalan. Lalu, seperti ada yang menyadarkanku. Aku ingat, tadi lewat sini. Lalu, aku menarik nafas dalam-dalam. 
 
Aku memperhatikan sekitar lagi. Tak kusangka, aku melihat sebuah plang yang berisi ketinggian lokasi dimana kita berada. Dan plang itu menunjukkan kalau kita ternyata turun. "Kok bisa?" tanyaku dalam hati. Seingatku, plang taman nasional itu berwarna Hijau dan Putih / sebaliknya. Tapi, plang ini berwarna putih dan cokelat (?) Apa iya memang ada? 

Tapi, yang membuatku merasakan ada hal yang tidak beres adalah disana tertulis mdpl-nya menurun padahal seingatku kita terus naik. Ah, entahlah! Saat itu, aku masih tetap berpikir logic untuk tetap positif thinking mungkin kami sedang kelalahan jadi hal-hal seperti ini seperti kenyataan. 

Seolah-olah seperti ada yang menyadarkan bahwa aku harus segera sadar dari kejadian ini. Aku membaca doa-doa yang aku bisa dan mencoba tetap tenang walau sejujurnya takut. Aku mengecek kondisi teman-teman untuk memastikan tidak ada yang kenapa-kenapa.
 
Lalu, aku mengajak temanku Buaya untuk menemaniku mengecek jalur. "Mang, ayok baturan (temenin) via lihat ke depan," kataku. Dan, tak sampai 10 menit aku sudah sampai di Simpang Maleber (?). Menurutku benar-benar diluar nalar tapi begitulah adanya.
 
Aku berteriak memanggil teman-teman agar ikut naik. Dan kalau tidak salah, jam setengah 3 pagi kita baru sampai di Simpang Maleber, padahal kita start pendakian dari jam 6 sore. Aku menyuruh teman-teman untuk memasang tenda, dan juga membagi tugas ada yang memasak. 
 
Aku seperti dibuat kaget dengan kejadian barusan. Duduk sambil menarik kedua kaki sambil memandangi alam sekitar. Aku mencoba merunut apa yang salah hingga terjadi hal tersebut. Dipikir-pikir, ini bukan kali pertama aku naik gunung ini dan lewat jalur ini. Dan aku selalu menghitung estimasi rata-rata jam sampai di Simpang Maleber / langsung ke Surya Kencana. 

Teman-temanku memilih untuk segera istirahat di dalam tenda. Tersisalah aku dan Domba yang sedang makan. Sebenarnya, aku ingin sekali langsung menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Tapi, urung aku lakukan agar situasi tetap kondusif. 

Kejadian tersebut baru aku ceritakan ketika aku sudah sampai di bawah dan bersiap-siap pulang ke Bogor. Eh, apa pas di Kampus ya. Lupa juga. Tapi, satu hal yang pasti mungkin pelajaran yang bisa diambil, naik gunung apapun diusahakan jangan pas di waktu magrib. Mungkin lebih baik jika setelah isya, atau dari pagi. 

Sejujurnya, kalau ingat kejadian tersebut aku suka kebingungan sendiri. Seperti tidak nyata, tapi aku alami sendiri. Wallahualam!
 
 

Dear Ibu Mertua, Sama dengan Dirimu yang Ingin Anaknya Diperlakukan dengan Baik, Begitu Pula Ibuku.

Tulisan ini didedikasikan untuk semua anak Perempuan yang sekarang sedang menjalani jabatan multiperan salah satunya menjadi "menantu" dari seorang "mertua". 

...

Hai Ibu, apakabar? Ini aku, menantumu. Anak Perempuan asing yang tiba-tiba masuk dalam keluarga besarmu dan mau tidak mau engkau harus menerimaku. Sebab, anak laki-lakimu telah memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya.

Pagi ini cukup mendung, ketika aku hendak pergi ke kantor menggunakan ojeg karena anak laki-lakimu kesiangan sehingga tak sempat mengantarkan aku. Gak apa-apa Bu, aku gak berani membangunkannya khawatir dia marah. Kalau dia marah aku takut ada kata-kata menyakitkan sehingga aku membawa luka ke tempat kerja.

Bu, aku adalah Perempuan yang dinikahi oleh anak laki-lakimu. Yang dengan gagah perkasa menemui Bapakku dan meminta restu untuk menikahiku, Bapakku? Ya, Bapak merestui anakmu untuk menikahiku. Tentu dengan harapan agar anaknya berada ditangan yang tepat untuk melanjutkan usahanya dalam membahagiakanku. 

Tenang Bu, aku tidak punya niatan sama sekali untuk mengambil perhatian anakmu darimu, tapi bukankah kita juga tahu bahwa setelah menikah, seorang laki-laki harus bertanggung jawab terhadap kehidupan anak dan istrinya.

Maaf Bu, tapi memang seharusnya perhatian dia terhadapmu tidak berubah meski sekarang sudah menyandang status Suami dan juga Ayah dari anak-anaknya. Jika berubah maka jangan langsung menyalahkanku, tapi silahkan bicara baik-baik kepada anak laki-lakimu. Berarti itu salah anakmu, bukan aku. Memang sulit Bu untuk menerima kesalahan anak sendiri dan lebih mudah untuk menyalahkan anak orang lain. Tapi, semoga Tuhan selalu memberikan Ibu kebijaksanaan yang tiada terbatas.

Lagipula Bu aku tidak akan berkompetisi denganmu, karena itu bukan tugasku. Dari menikah dengan anakmu, tugasku adalah berbakti kepadanya, menjadi Istri terbaik, maka jika engkau menyayangi anak laki-lakimu bantulah dia agar menjadi Suami yang baik dengan tidak harus dihadapkan pada pilihan Ibunya atau Istrinya. Jika ingin membantunya, maka buatlah agar anak laki-lakimu layak untuk dihormati sebagai Kepala Rumah Tangga oleh anak dan Istrinya karena memang dia layak dihormati dengan jabatan tersebut. 

Seringkali dia memilih diam karena kebingungan, dan karena tak tega akupun memilih mengalah karena tentu tidak tega melihat dia murung seharian karena kebingungan. Apa yang aku rasakan? Sedih Bu. Aku berjuang sendiri untuk pulih dari luka tanpa ada orang yang membela. Aku ingin bercerita pada Ibu dan Bapakku, tapi aku tak ingin wajah Suamiku buruk dimata orangtuaku. Maka kutelan semua luka, meski tiada yang sadar. 

Sering kali aku bersandar pada tembok sambil menarik nafas dalam-dalam. Rasanya ingin bicara, mengeluarkan unek-unek yang menjadi penyakit dalam hati ini, tapi selalu aku batalkan. Belum bicara saja aku sudah menerima umpatan dari anak laki-lakimu. Jadi Bu, lihat dia itu membela engkau, seperti yang engkau inginkan. Tak perlu engkau cemburu padaku. Daripada membela aku, dia lebih memilih diam tidak bicara apa-apa. 

Lalu, bagaimana dengan kecewa yang aku rasakan? Asal Ibu tahu, aku telan sendiri. Berupaya agar aku tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakiti. Dan lagi-lagi aku mengalah, diam, dan kucoba sibukkan diri dengan bermain bersama anak-anak. 

Oya, aku diajari oleh Ibuku untuk diam ketika diajak berdebat, karena kata Ibuku tidak baik mendebat orangtua, maka kulakukan itu, meski hatiku gemetar menahan rasa kesal akibat perbedaan dan aku cenderung disalahkan. Tapi, sebenarnya aku menghindari perdebatan karena aku khawatir ada perkataan yang menyakiti. 

Tapi Bu, jika suatu saat ada kalimat terlontar dari mulutku, semata-mata itu adalah wujud pembelaan yang aku lakukan. Sebab, sebagai manusia aku pun berhak untuk memperjuangkan diriku. Ketika tidak ada yang membela, maka aku sendiri yang harus membela diriku sendiri.

Sekali lagi, jika suatu saat ada kalimat yang terlontar dari mulutku, bukan berarti aku tidak menghargaimu dan ingin menyakitimu. Mana mungkin aku hendak melukai hati sesama Perempuan, apalagi Perempuan itu adalah yang bertaruh nyawa melahirkan Suamiku ke dunia ini. Ya bu, aku paham perjuangan seorang Perempuan untuk melahirkan anaknya. 

Tapi, Bu begini saja, aku memaafkan setiap perilaku dan kata-kata darimu, dan engkau maafkan aku. Memang tidak sederhana, sebab rasa kesal ini melibatkan perasaan yang dalam. Aku adalah orang yang pandai menyimpan termasuk luka dan rasa kecewa. Butuh waktu yang lama bagiku untuk pulih, yaa sangat lama, tapi akan aku usahakan. 

Dan jika sesekali aku berbicara karena perbedaan pendapat antara kita, maka belajarlah untuk menerima, jangan menutup diri dan malah menyalahkan. Mari sama-sama memperbaiki, saling mengintrospeksi dan jangan berlindung dalam kalimat, "Ya aku memang begini,". 

Aku perlu ingatkan bahwa aku adalah anak perempuan yang dilahirkan dengan perjuangan bertaruh nyawa oleh Ibuku. Yang dirawat dan dikasih makan dengan makanan terbaik oleh nafkah dari Bapakku. Yang disekolahkan dengan harapan-harapan baik dari orangtuaku agar aku kelak menjadi manusia yang menjadi "berkah" bagi banyak orang, termasuk anakmu. 

Jadi Bu, sama dengan dirimu yang ingin anaknya diperlakukan dengan baik, begitu pula Ibu Bapakku. 

...

Banyak sekali teman yang bercerita tentang hubungan dia dengan mertua perempuannya. Memang banyak luka, memang banyak tangis, memang banyak kecewa. Tapi, semoga tulisan ini bisa sampai ke banyak orang agar kita saling mengintrospeksi diri dalam hubungan yang "sensitif" antara menantu perempuan dan mertua perempuan. 


Surat untuk Adik Laki-Lakiku, dari Kakak Perempuanmu yang Banyak Kurangnya.

Adikku sudah besar!

Dik, saat aku menulis ini untukmu, mungkin kamu sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantormu. Katamu, kamu sudah besar dan dewasa sekarang, permasalahan tak hanya soal minta uang buat jajan. 

Gimana Dik dunia orang dewasa? Apa yang berbeda dengan dunia masa kecilmu? Pasti beda ya ? Ya memang benar! Dunia orang dewasa banyak kejutan tapi gak ada sekolahnya. Kadang-kadang kita dipaksa belajar otodidak tanpa pertanyaan siap atau tidak.

Banyak yang berubah ya Dik? 

Sawah depan rumah yang dulu sering dipakai bermain bola sekarang sudah mulai dibangun rumah-rumah warga. Selokan yang dulu tempat kita mencari ikan, sekarang dipenuhi sampah dan warnanya cokelat tidak karuan. 

Tapi tidak dengan status kita, Dik. Kamu adalah adik laki-lakiku yang sampai kapanpun akan tetap menjadi adik laki-lakiku, dan aku adalah kakak perempuanmu yang sampai kapanpun akan jadi kakak perempuanmu. 

Baik dan buruk, ikatan kita tidak akan terpisah sampai kapan pun. Sebab, dalam tubuh kita mengalir darah yang sama, yang sampai kapan pun tidak akan pernah menjadi berbeda. 

Hari ini kamu telah tubuh dewasa menjadi seorang Pria. Yang dulu bisa aku suruh ini itu, sekarang sudah bisa memutuskan mana yang ingin kamu lakukan, mana yang tidak. Mana yang bermanfaat buat kamu, dan mana yang tidak. Bahkan terkadang untuk beberapa hal, kamu jauh lebih dewasa menyikapi dari pada aku. 

Aku cenderung gampang galau, tapi kamu masih bisa berpikir tenang. Bahkan beberapa hal tentang "uang" kamu sering menceramahiku. Katamu, "mengejar uang gak akan ada ujungnya". Memang benar, tapi gak punya uang pusing juga tau!

Pagi ini, aku ingin menuliskan sebuah surat untukmu. Tak banyak, tapi semoga apa yang menjadi pesanku untukmu menjadi kalimat-kalimat jitu kelak ketika kamu menjadi seorang Suami. 

...

Dik, kelak kamu akan mengucapkan ijab qabul di depan Bapaknya atau Wali dari anak perempuan yang kamu cintai. Saat itu, mungkin aku akan jadi orang yang akan menitikkan air mata paling banyak tanda bahagia bercampur haru. 

Ah, membayangkan nya saja membuatku tersenyum sekarang, apalagi kelak saat menyaksikannya. Pasalnya, aku teringat saat kamu masih bisa kugendong dulu. Pernah suatu ketika ada orang-orang yang membully-mu, dan aku adalah orang pertama yang mengejar mereka dan berteriak, "Jangan ganggu adikku,". 

Dik, perempuan yang kelak menjadi pendamping hidupmu adalah dia yang dibesarkan dengan cara terbaik oleh Ibu Bapaknya. Yang dilahirkan kedunia ini dengan pengorbanan bertaruh nyawa Ibunya dan diberi makan hasil mencari nafkah Bapaknya. Tentu Dik, Bapaknya akan memberikan makanan terbaik yang dia bisa beli untuk anak-anaknya. 

Begitupula Ibunya, yang setiap hari menyuapinya, mendidiknya dan merawatnya dengan sangat baik dan penuh cinta. Tentu Dik, ketika dia datang ke keluarga kita harus kita sambut dengan sambutan paling hangat yang kita bisa. Kita harus mengupayakan cara-cara terbaik agar dia nyaman berbaur dan menyatu menjadi bagian dari keluarga kita. 

Ingat Dik, saat menikah mungkin kamu adalah satu-satunya pelindung dia yang dia harapkan bisa melindungi dia setiap saat. Sebab, Bapaknya yang bisa melindunginya tak bisa lagi dia ajak ke rumah tempat dimana kalian akan tinggal. Maka, lindungilah dengan cara-cara terbaik Dik. Upayakan perlindungan untuknya dan jangan biarkan dia meneteskan air mata karena kamu tidak bisa melindunginya. 

Kelak, jika dia berbeda pendapat dengan Ibu tentang pengasuhan anakmu, maka kamu harus mendengarkan keduanya, bukan membela salah satu. Kamu harus berani menegur yang salah, sekalipun jika Ibu kita yang salah. Tentunya, kamu harus menegur Ibu dengan cara yang paling lembut, sebab bagaimana pun Ibu adalah yang melahirkan kamu ke dunia ini. Begitu pula ketika Istrimu yang bersalah, maka kamu harus menegurnya dengan cara yang paling lembut, jika ada carilah cara yang tidak membuatnya sakit hati. 

Tapi, aku selalu berdoa Dik, semoga Istrimu adalah Istri yang baik terhadap keluarga kita. Yang menganggap kita adalah sebuah keluarga dan menjadikan pelukan Ibu seperti rumahnya juga. Dan kita pun harus memperlakukan dengan sangat baik, sama halnya seperti aku padamu dan juga ibu padamu. Jika Ibu kita khilaf beberapa waktu, maka tugasmu untuk mengingatkan. 

Kelak, aku ingin jadi ipar yang menyenangkan untuk istrimu. Yang tidak kuanggap sebagai ipar tapi adik kandung sendiri. Karena, dengan dia adik kecilku akan menghabiskan waktunya dan tentu dia adalah orang yang kelak akan menjaga dan merawat dirimu ketika tua nanti. 

Dik, kutitip, tolong berjanji padaku bahwa kamu akan menjaganya dari hal-hal yang membuatnya terluka. Dari segala sesuatu yang membuatnya kecewa, pun dari segala sesuatu yang membuatnya menangis. Jangan sampai dia menangis sendirian sedang kamu tidak tahu apa yang dia tangisi.

Jika terbesit hati untuk menyakiti, maka bayangkalah diriku, seorang Perempuan yang juga mendedikasikan hidup untuk menjadi Istri dari seorang laki-laki yang juga awalnya asing di keluarga kita, tentu kamu ingin aku diperlakukan sangat baik olehnya, maka Dik, perlakukan kelak Istrimu dengan cara terbaikmu. 

Istrimu akan jadi Ibu dari anak-anakmu. Bagaimana anak-anakmu memperlakukan Istrinya, tergantung dari kamu memperlakukan Ibunya. Berbaik-baiklah padanya Dik. Jangan sampai ada tetesan air mata kesakitan maupun kecewa yang turun dari pelupuk matanya. 

Jadilah Suami yang memang layak dihormati sebagai Suami, bukan karena kewajiban seorang Istri berbakti pada Suami. Jangan berlindung dibalik tameng apapun untuk menjadi Suami yang dihormati, tapi buktikan karena engkau memang layak menjadi Suami yang ditaati. 

Review Dokter Anak di Jakarta Utara dr. Isabella Riandani, SpA, Check It Out Guys!


Hi Guys,
Gimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik ya, tapi kalau sedang sedikit tidak baik juga gak apa-apa kok.

Nah, kali ini aku mau sharing pengalaman aku tentang salah satu Dokter Anak di Jakarta Utara yang menurut aku wajib banget aku rekomendasikan. Mungkin dari Ibu2 atau Bapak2 disini ada yang sedang mencari rekomendasi Dokter Anak buat anak tersayang? Yuk check it out guys! 

Jadi awal ketemu sama Dokter Isabell ini adalah pas mau lahiran anak pertama. Nah, aku denger-denger kalau Dokter Isabell ini jarang kasih obat (ternyata ini jadi pertimbangan orangtua ketika memilih Dokter Anak yang aku juga baru tahu). 

Pas ditanya waktu itu Dokter Anaknya siapa, kebetulan pas katanya adanya Dokter Isabell, yaudah tuh kita pilih lah beliau. Seperti biasa ya, peran Dokter Anak pas lahiran apa aja gak perlu aku jelasin. Nah, pas visit ngobrol-ngobrol ternyata penjelasannya detail. Dan waktu itu kan Abang Guan sempat kuning karena aku pertama kali dan worry justru Dokter bener-bener menenangkan. 

Dokter Isabell itu praktek di RS Mitra Kelapa Gading dan beliau ada dari Senin sampai Sabtu mulai jam 07.00 sampai jam 13.00. Pas zaman covid dan mau vaksin tuh enak banget jadi gak ada drama antri-antrian karena kita datang sesuai dengan jam yang sudah ditentukan. Intinya so easy banget!

Menurut pengalaman, Dokter Isabell itu emang komunikatif orangnya dan menjelaskannya juga engga jelimet langsung to the point. Anakku yang pertama cocok banget sama Dokter Isabell, jadi kalau pas sakit itu ibaratnya kalau udah dipegang sama Dokter Isabell sembuh dia. Mungkin karena Dokter udah tahu history-nya juga ya jadi bisa kasih advice pengobatan yang tepat. 

Udah gitu Dokter Isabell ngasih nomor handphone ke pasienya dan selama ini ketika aku tanya always jawab tentunya dengan penjelasan beliau yang mudah dipahami. Soal kecepatan bales WA sih tergantung beliau lagi sibuk atau engganya yah, kadang cepet kadang emang lama karena emang beliau itu pasiennya banyak banget. 

Oya, untuk alamat RS Mitra Kelapa Gading itu ada di Jl Raya Gading Kirana No.2 Rt.18 Rw.8 Kelapa Gading Jakarta Utara atau kalian tinggal search di google dan klik direction ya. 

Nah, biasanya sih Ibu2 pada tanya soal harga, karena disadari atau tidak ya harga menjadi pertimbangan saat kita memilih Dokter atau saat kita hendak konsultasi ke Dokter. Kalau soal harga Dokter menurut aku biasanya ngerefers ke Rumah Sakitnya. Untuk Dokter Isabell sendiri konsultasi Dokternya start dari 380 ya. Tapi, kalau menurut aku dengan fasilitas yang ada harga segitu worth it sekali.

Hanya saja, menurut aku Dokter ini bukan Dokter Anak Tumbuh Kembang, jadi paling kalau pas di vaksin dicek yang basic-basic aja engga detail. Menurut aku kalau misalnya Dokter Anak kita itu spesialis tumbuh kembang / konsultan tumbuh kembang kita dapet combo aja gitu. 

So far untuk konsultasi anak aku sih merasa enak ya sama beliau. Pernah sih coba-coba cari Dokter yang dekat rumah, tapi anakku yang pertama ini cocoknya sama beliau, jadi ya kita balik lagi ke RS Mitra Kelapa Gading.

Nah, Ibu2 disini ada yang punya rekomendasi Dokter Spesialis Anak lain? Yuk infokan dikolom komentar. 

Pengalaman Melahirkan dengan Metode ERACS, Gimana Sih? Check It Out !


Hi Ibu,

Tulisan kali ini akan bercerita tentang pengalamanku melahirkan secara sesar dengan metode ERACS. Buat Ibu yang penasaran yuk baca sampai selesai ya. Oya, aku tekankan bahwa ini adalah pengalaman yang aku rasakan, artinya bisa aja yang dirasakan oleh orang lain berbeda. 

Kita mulai ya, Bu? 

Jadi, hamil yang kedua ini persiapannya memang sangat nyantai banget menurut aku. Mulai dari kontrol ke dokter yang kadang telat beberapa hari dari jadwal, persiapan baju dan lain-lain untuk anak aku bener-bener selow banget. Tapi, kalau dari segi kesehatan, yang kedua ini aku merasa lebih "jompo". 

Mungkin karena hamil yang pertama dulu aku hampir 6 bulan WFH, sedangkan yang kedua aku fully ngantor dan naik ojeg, jadi pas perut udah masuk ke usia 8 bulan bener-bener udah engap dan pegel banget. Bahkan saking pegelnya aku pernah tuh kondisi macet, terus ujan, dan aku nangis hahaha. 

Kontrol tanggal 11 November 2022. Kondisi aku gak ada masalah, cuma memang tensi agak rendah tapi itu bukan hal yang berarti. Ini bisa jadi karena aku mulai gak bisa tidur nyenyak. Yaa, you know lah udah gak bisa gerak, kebangun karena gelisah menunggu kelahiran, dan sebagainya. Intinya sih kata Susternya bisa jadi karena kurang tidur aja. Hanya saja, pas di cek perkiraan berat badan bayi hasilnya di 3,8 kilogram. Kaget dong aku, kok bisa gede banget? Padahal 2 minggu sebelumnya beratnya di 2,8 kilogram (kalau gak salah).

Padahal pas hamil pertama abangnya, brojol itu di berat 3,5 kilogram, nah adiknya ini masih di usia 37 weeks udah 3,8 kilogram. Akhirnya, Dokter nyuruh aku buat CTG dan tes Darah. Nah, tes darah disini aku dicek nilai gula darah sewaktu dan HbA1c. 

Oya, aku kontrol kandungan di RS Mitra Kelapa Gading sama Dokter Stella, sama persis dengan abangnya dulu lahiran. Singkatnya, aku langsung ke lantai 2 buat CTG. Aku masuk ke sebuah ruangan, lalu Suster masangin alatnya, dan aku disuruh mencet kalau misalnya ada gerakan. CTG berlangsung selama 30-45 menit. Hasil CTG bagus, terus aku diarahkan ke Lab buat cek darah. 

Nilai Gula Darah Sewaktu aku masih normal, harusnya berarti gak ada masalah. Nah, kalau yang HbA1c ini buat ngelihat kayak trendline gula darah aku selama 3 bulan terakhir. Tujuannya pengecekan ini buat ngelihat apakah ada resiko diabetes atau tidak mengingat berat dari janin di angka 3,8 kilogram. 

Soal harga, kalau di RS Mitra Kelapa Gading CTG itu sekitar 315 ribu dan cek darah (gula darah sewaktu & HbA1c itu sekitar 500 rb). Hasil HbA1c bisa dikirim lewat email jadi tinggal request aja. So, aku langsung pulang deh, dan akan kontrol lagi di tanggal 18 November 2022. 

.....

Kembali aku singkat ceritanya. Tanggal 18 November 2022 pun tiba, aku kembali kontrol ke RS. Masuk ke ruangan Dokter seperti biasa ditanya ada keluhan or tidak. Oya, hasil dari HbA1c aku juga bagus ya, jadi kata Dokter aman gak ada indikasi diabetes. Nah, yang bikin aku kaget pas dicek ternyata berat badan bayi itu 3,2 kilogram. 

Aku sama suami sampek lihat-lihatan karena kaget bisa turun sejauh itu. Atau mungkin yang minggu kemarin itu salah ya? Nah, Dokter coba lagi tuh USG buat memastikan berat badan bayi dan hasilnya tetap di 3,2 kilogram. Posisi bayi bahkan bergerak kepalanya disamping gak di bawah. So, fix lah kalau kayak gini aku pasti di SESAR hahaha. 

Aku sempet tanya sama Dokter dengan kondisi yang turun seperti itu apakah berbahaya buat bayinya? Kata Dokter sih gak ada insya allah. Cuma, ya itu ujung-ujungnya emang aku harus di sesar karena posisi bayi yang ke bawah dan katanya pinggul aku kecil. 

HPL aku itu di 3 Desember tapi Dokter bilang takut keburu mules jadi akan dipercepat sekitar di tanggal 22 atau 23. Akhirnya Suamiku memutuskan akan lahiran ditanggal 23 karena tanggal 22 doi ada meeting (masih aja mikirin kerjaan wkwkw). 

Sejak saat itu, mulailah hati ini gundah gulana deg-deg an gak karuan. Gak boong loh aku sampek sakit kepala mikirin nanti gimana lahiran. Kata orang2 sih harusnya lebih tenang karena udah tahu kayak gimana, nah kalau aku justru karena tahu seperti apa fase-fase merasakan sakitnya pas kapan dan sakitnya kayak gimana jadi aku bener-bener was-was hahaha.  

Singkat cerita, tanggal 23 November 2022 berangkatlah aku dan suami ke RS, Perjalanan sekitar 45 menit dan di mobil aku makin gak karuan. Haha. Gak lama, akhirnya kita sampai di RS langsung menuju counter rawat inap buat urus administrasi. Karena kita pake asuransi jadi tinggal kasih kartu asuransi abis itu dianterin sama Suster ke lantai 2. 

Seperti biasa, ke lantai 2 buat CTG, rekam jantung, pasang infus, cukur bulu kemaluan, dan lain-lain. Setelah selesai, langsung disuruh ke kamar perawatan buat nunggu operasi jam 13.00. Nah, sebenernya ERACS itu apa sih?

ERACS merupakan protokol baru pada metode persalinan operasi caesar, yang bertujuan untuk mempercepat proses pemulihan dengan mengoptimalkan kesehatan ibu sebelum, selama, dan setelah menjalani persalinan caesar (Sumber : www.alodokter.com).

Perbedaan ERACS dengan metode sesar konvensional salah satunya dari waktu puasa, kalau sesar konvensional kita mesti puasa 8 jam sebelum operasi, kalau ERACS kita puasanya cuma 6 jam. Terus, 2 jam sebelum operasi kita masih boleh minum air putih atau minuman yang mengandung gula untuk bekal tenaga selama operasi.

Jam 13.00, Suster info kalau Dokter sudah siap, so aku langsung dibawa menuju ruang operasi. Kalau ditanya rasanya gimana? Deg deg an banget meskipun ini yang kedua kalinya yah. Cium tangan suami dulu abis itu masuk deh ruang operasi. 

Sebelum operasi kita akan dimasukkan dulu ke ruangan yang kalau mudahnya itu kayak ruang transit yang akan dan sudah dioperasi. Aku nunggu sekitar 20 menit abis itu di bawa ke ruang operasinya. Disini udah ada Dokter Anestesinya, aku emang request sama Dokter Loyd Yahya (bapaknya Afgan hehe) karena pas sesar pertama sama beliau juga. 

Disuruh bungkuk sambil duduk buat mulai anestesi, dan hiyaah ternyata kali ini kerasa sakit. Kaki kiri aku kayak kelonjotan tapi sekali doang. Aku sampai tanya ke Dokternya, "Dok kok sakit?" hahaha dengan polosnya. Soalnya, yang pertama itu aku beneran gak ngerasain sakit sama sekali. Nah, setelah anestesi masuk ya seperti biasa kaki mulai kesemutan dan lambat laut dicubit pun gak kerasa. 

Informasi yang aku dapat perbedaan ERACS dengan yang sesar kovensional dalam segi anestesinya lebih sedikit, artinya dosis yang dipake lebih sedikit gitu kali yah. Mungkin ini relate dengan yang ternyata lebih cepet abisnya sehingga aku cepet merasakan sakit hahaha. 

Kalau proses operasinya sih kayak biasa gak ada yang beda, cuma mungkin katanya yang aku baca pisau yang dipake lebih kecil dan minimal trauma pada kulit, nah ini aku lupa gak nanya ke dokter bener atau enggak hehe. 

Kalau yang aku perhatiin, durasi waktu yang pertama sama yang sekarang itu lebih lama yang sekarang. Aku masuk ruang operasi dan baru balik ke ruang perawatan sekitar pukul 15.15. Abis di observasi aku di bawa ke ruang perawatan lalu Perawat ngecek pendarahan aku dan ternyata darah yang keluar cukup banyak. Ini wajar karena rahim masih kontraksi. Cuman, aku ngerasain perutku suakitttttt banget kayak jatoh gitu perutnya. Sumpah, ini lebih sakit dibandingkan yang pertama. 

Boro-boro bisa joget tiktok ya guys, aku bener-bener gak berdaya karena rasa sakit ini sumpah. Abis gitu Perawat info ke Dokter dan aku segera dikasih obat nyeri nya. Jadi, sore ampek malem itu aku beneran nangis nahan sakit. Untungnya selang kateter baru dicabut besok paginya, dan mau gak mau aku harus belajar jalan segera. 

Subhanallah, baru pertama sih aku ngerasain sakit kayak gini, jalan susah minta ampun dan bener-bener sakit, ampek nangis terus-terusan mau digendong tapi badanku segede gajah kasian suami aku hahaha. Nah, kalau yang pertama pas hari kedua itu rasa sakitnya udah berkurang, kalau ini aku ngerasa masih sakit "banget", aku gak tahu ya ini pengaruh pake metode ERACS atau karena ini SC yang kedua. Tapi, aku lebih jompo yang sekarang. 

Singkat cerita karena aku harus segera pulang jadi mau gak mau harus belajar jalan terus biar kuat, karena kita pulang bertigaan ke Cimanggis jadi aku harus kuat gendong anakku. Meskipun pas dari ruang bersalin ke parkiran aku naik kursi roda dibantuin sama Perawatnya. 

.....

Nah, jadi itu pengalaman aku lahiran pakai ERACS. Jujurly, aku gak tahu ya "lebih sakit" ini apakah pengaruh pake ERACS atau karena SC yang kedua. Tapi yang jelas, operasi yang kedua ini aku ngerasain sakit yang berlebih haha, dan abis pulang ke rumah pun aku bener-bener masih ngerasain sakit bahkan di hari ke 7 itu kayak balik lagi ke hari ke 2 rasa sakitnya. 

Mungkin hal ini akan berbeda juga ya dirasain orang-orang yang berbeda pula, nah itu yang bisa aku share untuk Ibu-Ibu semua, semoga bermanfaat yah.